JAKARTA - Kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia kembali tercermin dari kinerja pasar modal yang terus menunjukkan tren positif. Dalam beberapa hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat secara konsisten, mencerminkan optimisme investor terhadap stabilitas makro dan arah kebijakan pemerintah.
Hingga penutupan perdagangan awal pekan, IHSG mencatatkan kenaikan sebesar 1,57 persen atau naik 118 poin ke level 7.661. Peningkatan ini menjadi salah satu penanda penting bahwa sentimen pasar telah bergeser ke arah yang lebih optimis, didorong oleh sejumlah faktor fundamental ekonomi yang solid.
Menurut Chief Executive Officer Danantara Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, penguatan tersebut tidak terjadi secara kebetulan, melainkan merupakan respons terhadap berbagai indikator ekonomi dan kebijakan yang mendukung. Ia menyampaikan bahwa nyaris seluruh sektor mengalami pergerakan yang positif dalam beberapa waktu terakhir.
“Semua positif, mulai dari makroekonomi, kebijakan fiskal, inflasi yang terkendali, dan kestabilan nilai tukar. Itu semua mendukung penguatan pasar,” ujar Nafan.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan pemerintah dalam menjaga fundamental ekonomi telah memberikan dampak yang langsung terasa di bursa saham. Stabilitas tingkat suku bunga, kinerja fiskal yang terjaga, serta ekspektasi positif atas laporan keuangan emiten menjadi tiga aspek utama yang memperkuat posisi pasar modal saat ini.
Ekspektasi investor terhadap pertumbuhan laba emiten di kuartal kedua tahun ini juga berkontribusi besar dalam membentuk sentimen positif. Menurut Nafan, beberapa sektor seperti infrastruktur, konsumer, dan perbankan menjadi pendorong utama karena diprediksi akan mencatatkan performa yang solid.
Ia menyebut bahwa pasar modal Indonesia masih menyimpan potensi yang menarik secara valuasi, terutama jika dilihat dari minat investor asing yang terus meningkat.
“Dari sisi valuasi, pasar kita masih atraktif. Investor asing juga melihat potensi pertumbuhan di Indonesia masih sangat baik,” tambahnya.
Kondisi ini turut diperkuat oleh derasnya arus modal asing yang masuk ke pasar dalam beberapa hari terakhir. Menurut Nafan, kehadiran dana asing tersebut menjadi bukti konkret bahwa pasar modal nasional masih menjadi tujuan utama investasi di kawasan regional, bahkan secara global.
"Investor asing melihat Indonesia punya fundamental yang baik. Mereka menaruh kepercayaan terhadap reformasi struktural yang tengah dijalankan," jelasnya.
Faktor eksternal pun turut berkontribusi terhadap penguatan ini. Pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral global seperti The Federal Reserve dinilai memberikan ruang tambahan bagi negara berkembang untuk menyerap lebih banyak likuiditas dari luar negeri.
"Dengan sinyal bahwa suku bunga acuan global akan turun, capital inflow ke negara berkembang seperti Indonesia bisa semakin menguat. Ini memperkuat likuiditas di pasar," tutur Nafan.
Sektor-sektor unggulan seperti infrastruktur dan energi terbarukan juga menjadi pusat perhatian pelaku pasar. Saham-saham perusahaan yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan transisi energi bersih mengalami kenaikan signifikan, seiring dengan dorongan pemerintah terhadap proyek-proyek besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Program transisi energi dan pembangunan IKN menjadi tema besar yang terus mendorong optimisme pelaku pasar,” ungkap Nafan.
Selain itu, sektor keuangan turut memberikan kontribusi penting terhadap penguatan indeks. Bank-bank besar dinilai berhasil menjaga rasio keuangan dengan baik. Dengan rasio kecukupan modal yang tinggi serta tren penurunan kredit bermasalah, sektor ini tetap menjadi andalan dan dinilai mampu menopang stabilitas jangka panjang pasar modal.
Menghadapi pekan-pekan mendatang, Nafan memperkirakan bahwa tren positif di pasar saham akan terus berlanjut, terutama seiring dengan rilis data keuangan kuartal II yang dapat memberikan konfirmasi tambahan terhadap ekspektasi investor.
Ia juga menyarankan agar investor tetap cermat dalam menentukan langkah. Meski sentimen pasar tengah kuat, dinamika global seperti isu geopolitik, harga komoditas, dan arah kebijakan moneter dari negara-negara maju tetap menjadi elemen yang harus diperhatikan secara seksama.
“Bagi investor ritel, penting untuk tetap disiplin dengan strategi investasi masing-masing. Perhatikan juga faktor-faktor eksternal dan jangan terlalu agresif mengejar momentum,” pesannya.
Secara keseluruhan, kenaikan IHSG menjadi simbol dari kekuatan dan daya tahan pasar modal Indonesia di tengah dinamika global. Momentum ini diharapkan tidak hanya memperkuat kepercayaan investor dalam negeri, tetapi juga memperluas partisipasi pasar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Stabilitas dan penguatan pasar modal Indonesia memberikan sinyal bahwa strategi kebijakan ekonomi pemerintah berjalan pada jalur yang tepat. Dengan sinergi yang baik antara regulator, pelaku usaha, dan investor, pasar modal diyakini dapat menjadi instrumen vital dalam mendorong pembangunan jangka panjang dan memperkuat struktur ekonomi nasional ke depan.