JAKARTA - Jalur penghubung antara Semarang dan Yogyakarta semakin menunjukkan transformasi besar. Proyek tol yang selama ini dinanti, kini kian memperlihatkan wujudnya lewat konstruksi masif di kawasan Bawen, Kabupaten Semarang. Dari kejauhan, aktivitas pembangunan yang menggeliat ini tidak hanya menjadi penanda kemajuan infrastruktur, tetapi juga harapan baru terhadap kemudahan mobilitas dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Jika melintasi jalur utama Semarang hingga Solo, khususnya di sekitar Exit Tol Bawen dan kawasan Bintangan, pemandangan yang terlihat bukan sekadar lalu-lalang kendaraan. Kini, tiang-tiang beton menjulang tinggi, crane sibuk mengangkat girder, dan para pekerja berjibaku di atas struktur layang. Di area inilah, Proyek Jalan Tol Yogyakarta–Bawen seksi 6 sedang digarap secara intensif.
Proyek seksi 6 yang terbentang sepanjang 5,2 kilometer ini menjadi bagian krusial dari konektivitas jalur tol yang menghubungkan dua kota besar. Dalam pantauan terkini, progres pembangunannya telah mencapai 75,7 persen dan ditargetkan rampung menjelang akhir tahun 2025. Jika semua berjalan sesuai rencana, masyarakat dapat menikmati akses baru ini saat libur Natal dan Tahun Baru 2026.
Meski area proyek tidak dibuka untuk umum, sebagian proses pengerjaan masih dapat terlihat jelas dari jalan utama. Lokasi pengerjaan berdekatan dengan titik Exit Tol Bawen yang akan menjadi gerbang utama kendaraan dari arah Semarang menuju Yogyakarta. Hal ini menjadikan pembangunan seksi ini sangat strategis.
Lebih dari sekadar mempercepat mobilitas, proyek ini membawa dampak positif yang lebih luas, terutama dari sisi ekonomi lokal. Salah satu aspek yang menonjol adalah pembangunan titik Exit Tol baru di dekat Pasar Hewan Ambarawa. Dengan adanya pintu keluar baru ini, diharapkan distribusi kendaraan tidak lagi menumpuk di titik lama dan secara bertahap dapat memecah kepadatan lalu lintas di kawasan Bawen.
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, menyampaikan optimismenya terhadap manfaat yang akan dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Menurutnya, pembangunan infrastruktur ini bukan hanya soal konektivitas, tetapi juga sebagai katalisator pertumbuhan sektor pariwisata dan pendapatan daerah.
“Dengan adanya exit tol baru dekat Pasar Hewan Ambarawa, kami berharap akan membuka peluang akses wisata, terutama ke Benteng Fort Willem I yang kini tengah direvitalisasi,” ujarnya.
Kawasan Benteng Fort Willem I yang kaya nilai sejarah memang tengah menjadi perhatian pemerintah daerah. Dengan semakin mudahnya akses melalui tol, diharapkan destinasi ini akan lebih ramai dikunjungi wisatawan dan mampu menghidupkan ekonomi kreatif masyarakat di sekitarnya.
Tak hanya itu, Ngesti juga menambahkan bahwa hadirnya Exit Tol baru akan meningkatkan aspek keselamatan pengguna jalan. Dulu, di titik Exit Tol lama, sering kali terjadi kecelakaan akibat persimpangan langsung yang menyulitkan kendaraan.
“Exit tol ini juga akan mengurangi risiko kecelakaan yang dulu kerap terjadi di exit tol lama karena tidak akan ada lagi persimpangan langsung,” lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Semarang, Zaenal Arifin, juga turut menggarisbawahi peran penting seksi 6 dalam mengatasi kepadatan lalu lintas. Menurutnya, infrastruktur ini bukan sekadar proyek konstruksi, tetapi bagian dari solusi nyata untuk mobilitas masyarakat.
“Utamanya untuk memecah kemacetan di Bawen terlebih dahulu,” kata Zaenal.
Dari segi perencanaan, pembangunan jalan tol Yogyakarta hingga Bawen memang dirancang untuk menyasar efisiensi pergerakan antarwilayah. Dengan kecepatan konstruksi yang terus digenjot dan pemantauan ketat terhadap kualitas pengerjaan, pemerintah dan pihak pengembang menunjukkan komitmen tinggi agar target operasional proyek ini dapat tercapai sesuai jadwal.
Kawasan Bawen yang selama ini menjadi titik temu lalu lintas dari berbagai arah, seperti dari Ungaran, Salatiga, hingga Yogyakarta, memang sangat membutuhkan jalur bebas hambatan yang bisa memecah kepadatan harian. Proyek tol ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang yang tak hanya berdampak pada kelancaran lalu lintas, tetapi juga memperkuat ekosistem logistik dan distribusi barang di kawasan Jawa Tengah dan sekitarnya.
Ketika nantinya proyek ini beroperasi, manfaatnya akan langsung terasa, mulai dari penghematan waktu tempuh, efisiensi distribusi, hingga peningkatan akses layanan publik dan sektor pariwisata. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal sama-sama menantikan perubahan ini.
Dengan pendekatan pembangunan yang tidak semata mengejar target waktu, tetapi juga memperhatikan kebutuhan warga serta potensi daerah, proyek Tol Yogyakarta–Bawen menjadi contoh sinergi antara pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan ekonomi wilayah.
Optimisme menyambut Tahun Baru 2026 pun semakin menguat, seiring keyakinan bahwa proyek ini akan rampung tepat waktu. Dari jalanan ramai Bawen yang dipenuhi lalu lalang kendaraan hingga tiang beton yang menjulang megah, semua menandai hadirnya transformasi besar dalam wajah konektivitas antarkota di Indonesia.