JAKARTA - Industri asuransi jiwa terus menunjukkan daya tahannya meski menghadapi tantangan dalam penyaluran produk melalui kanal perbankan. Meskipun tren penjualan lewat bank (bancassurance) mengalami penurunan, pelaku industri menilai prospek bisnis masih tetap positif seiring dengan penyesuaian strategi dan model distribusi yang tengah dilakukan.
Ketua Bidang Kanal Distribusi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, menjelaskan bahwa tren penurunan premi dari kanal distribusi bancassurance lebih disebabkan oleh faktor internal, yaitu strategi baru yang diadopsi perusahaan asuransi dan perbankan. Menurutnya, kondisi ini bersifat sementara dan bukan mencerminkan lemahnya minat masyarakat terhadap produk asuransi itu sendiri.
“Kami melihat bahwa perubahan ini lebih kepada strategi bisnis dari masing-masing pihak, bukan karena menurunnya kebutuhan terhadap proteksi. Justru, kebutuhan proteksi masih tinggi,” ujar Budi.
AAJI mencatat bahwa perolehan premi dari kanal bancassurance pada paruh pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 13,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Penurunan ini mencerminkan adanya penyesuaian dalam operasional dan fokus bisnis baik dari sisi bank mitra maupun perusahaan asuransi itu sendiri.
Meski demikian, AAJI tetap memandang bahwa kanal bancassurance masih akan memegang peranan penting dalam mendistribusikan produk asuransi jiwa ke depan. Budi menambahkan bahwa model distribusi ini tetap relevan karena jaringan perbankan yang luas dan kepercayaan nasabah terhadap institusi keuangan seperti bank masih menjadi daya tarik utama.
“Kami optimistis ke depannya model distribusi bancassurance akan kembali menguat setelah proses penyesuaian strategi ini selesai. Bahkan, kami percaya akan tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan,” lanjut Budi.
Salah satu aspek yang juga menjadi perhatian dalam pengembangan model distribusi ini adalah peningkatan kualitas pelayanan dan kejelasan produk kepada nasabah. AAJI menilai bahwa edukasi terhadap nasabah serta pemahaman yang benar mengenai manfaat dan karakteristik produk asuransi harus menjadi bagian dari strategi bancassurance yang baru.
Menurut Budi, perubahan lanskap distribusi asuransi ini juga berkaitan dengan meningkatnya fokus terhadap prinsip transparansi dan perlindungan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan asuransi dan bank mitra didorong untuk mengembangkan pendekatan yang lebih edukatif dan konsultatif kepada calon nasabah.
“Regulasi dan ekspektasi konsumen saat ini mendorong industri untuk melakukan pendekatan yang lebih bertanggung jawab dan jangka panjang. Ini tentu memberikan nilai tambah dalam membangun kepercayaan,” ungkapnya.
Di sisi lain, penurunan premi dari bancassurance pada semester I/2025 juga diimbangi dengan peningkatan kontribusi dari kanal distribusi lainnya, seperti keagenan dan digital. Ini menunjukkan adanya diversifikasi yang semakin kuat dalam model bisnis perusahaan asuransi jiwa.
AAJI mencatat bahwa kanal keagenan tetap menjadi tulang punggung penjualan produk asuransi jiwa dengan kontribusi signifikan, sementara kanal digital mulai menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Kombinasi strategi multikanal ini diharapkan dapat menjaga pertumbuhan industri secara berkelanjutan.
Budi menekankan bahwa kondisi saat ini bukan berarti pasar sedang lesu, melainkan sedang berada dalam fase penyesuaian yang diperlukan untuk memperkuat fondasi pertumbuhan ke depan. Terlebih, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi justru meningkat, terutama pasca-pandemi yang menyadarkan banyak pihak akan pentingnya perlindungan jiwa dan kesehatan.
“Permintaan terhadap produk asuransi tetap tinggi. Hanya saja, cara menjangkau masyarakat yang kini sedang berubah. Inilah yang sedang kami benahi,” ujarnya.
Selain itu, penguatan dari sisi regulasi dan tata kelola juga menjadi pendorong bagi industri untuk bertransformasi. Sejumlah kebijakan baru turut mendorong perusahaan asuransi dan mitra bank untuk meningkatkan kualitas produk serta mekanisme pemasaran.
AAJI menyambut baik berbagai inisiatif regulator dalam menjaga integritas dan keberlanjutan industri. Menurut Budi, langkah-langkah penguatan tata kelola serta peningkatan perlindungan konsumen akan berkontribusi terhadap pertumbuhan yang lebih sehat bagi industri asuransi jiwa.
“Dengan pengawasan yang lebih baik dan kolaborasi antar-stakeholder, kami percaya industri ini akan semakin dipercaya dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.
Ke depan, industri asuransi jiwa akan terus beradaptasi dengan dinamika yang ada, termasuk perubahan perilaku konsumen, perkembangan teknologi, dan tuntutan akan layanan yang lebih personal. AAJI menilai bahwa perusahaan yang mampu mengelola perubahan ini dengan baik akan tetap relevan dan kompetitif.
“Transformasi ini memang tidak bisa instan. Tapi arah perubahan yang kami lihat saat ini sangat menjanjikan,” pungkas Budi.
Dengan berbagai langkah strategis yang tengah dilakukan, industri asuransi jiwa tetap berada dalam jalur positif untuk terus berkembang, meski tantangan dalam kanal distribusi tertentu masih harus dihadapi. Kebutuhan proteksi yang terus tumbuh dan inovasi dalam penyampaian layanan menjadi fondasi utama bagi optimisme pelaku industri ke depan.