JAKARTA - Dukungan terhadap sektor pertanian terus diperkuat oleh Bank Indonesia, salah satunya melalui pendampingan dan fasilitasi petani salak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bank Indonesia wilayah DIY memberikan perhatian serius terhadap potensi ekspor komoditas lokal, yang terbukti mampu menembus pasar internasional seperti Kamboja dan Tiongkok.
Langkah nyata tersebut terlihat dari peran aktif Bank Indonesia DIY dalam mendukung keberhasilan ekspor salak pondoh oleh petani di Kabupaten Sleman. Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Sri Darmadi Sudibyo menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian para petani salak yang berhasil menembus pasar ekspor, khususnya ke Kamboja. Ia menyebut pencapaian ini merupakan langkah penting dalam penguatan ekonomi lokal melalui sektor pertanian yang berkelanjutan.
“Dan ekspor Salak Pondoh bisa menjadi tumpuan ekonomi di Kabupaten Sleman, bahkan juga di wilayah DIY,” kata Sri Darmadi Sudibyo.
Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan ini akan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi masyarakat, jika dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Menurutnya, potensi besar dari komoditas lokal seperti salak perlu terus dikembangkan bersama pemangku kepentingan terkait agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang maksimal bagi masyarakat.
Keberhasilan ekspor ini menjadi bukti bahwa sektor pertanian lokal mampu bersaing di pasar internasional. Tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah. Sri Darmadi pun menekankan pentingnya sinergi antara Bank Indonesia dan pelaku usaha untuk mendorong peningkatan produktivitas sekaligus perluasan pasar ekspor.
Pencapaian ini tak lepas dari peran para petani yang terus berinovasi dan menjaga kualitas hasil panen mereka. Dalam hal ini, CV Mitra Turindo sebagai pelaku usaha turut menjadi penghubung penting dalam rantai ekspor produk salak pondoh ke luar negeri. Ketua Paguyuban CV Mitra Turindo, Suroto, menyampaikan bahwa pihaknya telah berhasil mengekspor 10 ton salak pondoh ke Kamboja.
Bukan hanya ke Kamboja, ekspor salak pondoh juga telah menjangkau pasar Tiongkok. Hal ini membuktikan bahwa kualitas salak asal Sleman sudah mendapat pengakuan dari pasar global. Menurut Suroto, dukungan dari Bank Indonesia sangat penting dalam mendukung para petani agar mampu menjaga produktivitas dan kualitas yang sesuai dengan permintaan pasar ekspor.
“Terima kasih kepada Bank Indonesia DIY yang telah memberikan bantuan fasilitas kepada petani Salak di Wonokerto Kapanewon Turi,” kata Suroto.
Fasilitas dan bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia tersebut mencakup pendampingan teknis dan akses terhadap pasar. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa proses produksi hingga distribusi berjalan optimal dan sesuai standar internasional. Bantuan tersebut juga membantu petani dalam meningkatkan daya saing produknya di tengah ketatnya persaingan pasar ekspor.
Langkah ini selaras dengan semangat pemberdayaan ekonomi lokal yang selama ini menjadi bagian dari program pengembangan Bank Indonesia. Dalam praktiknya, BI mendorong terciptanya ekosistem usaha tani yang sehat dan berorientasi pasar, termasuk membuka jalan ekspor bagi komoditas-komoditas unggulan daerah.
Dengan adanya dukungan tersebut, para petani di Sleman kini memiliki semangat baru untuk terus meningkatkan produktivitas dan kualitas salak pondoh. Tidak hanya itu, mereka juga semakin percaya diri untuk menembus pasar ekspor lainnya di masa mendatang. Hal ini memberikan harapan besar terhadap perluasan manfaat ekonomi bagi komunitas petani di daerah tersebut.
Ekspor salak pondoh ini juga menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga keuangan dapat menghasilkan dampak positif yang luas. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain dalam mengembangkan komoditas unggulannya.
Di tengah tantangan ekonomi global, langkah Bank Indonesia dalam mendampingi sektor riil seperti pertanian menjadi sangat strategis. Sektor pertanian bukan hanya menjadi tumpuan pangan nasional, tetapi juga terbukti mampu menciptakan peluang kerja dan menumbuhkan perekonomian daerah secara inklusif.
Bank Indonesia melalui kantor perwakilan di daerah juga terus berkomitmen menjalankan program-program pengembangan ekonomi daerah berbasis potensi lokal. Pendekatan ini diyakini mampu menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat secara berkelanjutan. Dalam konteks Sleman, salak pondoh menjadi salah satu komoditas yang berpotensi memperkuat struktur ekonomi desa.
Keseriusan Bank Indonesia dalam membina petani salak juga menunjukkan betapa pentingnya pendekatan jangka panjang dalam membangun ketahanan ekonomi lokal. Pendampingan yang dilakukan tidak hanya berhenti pada sisi produksi, tetapi juga mencakup aspek hilirisasi dan pemasaran, termasuk membuka jaringan ekspor.
Dengan capaian ekspor yang terus meningkat, Kabupaten Sleman memiliki peluang besar untuk menjadi sentra produksi dan distribusi salak pondoh berkualitas ekspor. Bila dilakukan secara konsisten dan didukung semua pihak, bukan tidak mungkin salak pondoh akan menjadi ikon ekspor buah nasional yang membanggakan.
Dukungan Bank Indonesia terhadap petani Sleman dalam mengembangkan ekspor salak pondoh membuktikan bahwa kolaborasi dan komitmen jangka panjang menjadi kunci penting dalam membangun kemandirian ekonomi lokal. Semangat ini terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kepercayaan para petani terhadap pasar global dan pentingnya menjaga kualitas produk lokal untuk bersaing secara berkelanjutan.