Penerbangan

Penerbangan Umroh Makin Lancar Lewat Bandara Dhoho

Penerbangan Umroh Makin Lancar Lewat Bandara Dhoho
Penerbangan Umroh Makin Lancar Lewat Bandara Dhoho

JAKARTA - Upaya memperluas konektivitas udara di wilayah Jawa Timur terus menjadi perhatian serius pemerintah daerah maupun pusat. Salah satu inisiatif terbaru yang menarik perhatian adalah rencana pengoptimalan Bandara Dhoho di Kediri untuk mendukung penerbangan umroh. Inisiatif ini tidak hanya menjawab kebutuhan masyarakat, tetapi juga mendukung strategi desentralisasi layanan penerbangan internasional.

Langkah konkret untuk menghidupkan Bandara Dhoho menjadi pusat keberangkatan umroh dibahas dalam audiensi antara Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI Lukman F. Laisa di Jakarta.

Dalam diskusi tersebut, Emil menyampaikan pandangannya bahwa Bandara Dhoho memiliki peluang besar untuk menjadi alternatif utama selain Bandara Juanda, terutama dalam melayani perjalanan ibadah ke Tanah Suci. Menurutnya, pembukaan rute umroh langsung dari Kediri akan menjadi solusi strategis guna memperluas layanan penerbangan dari kawasan selatan dan barat Jawa Timur.

“Kami mendiskusikan langkah konkret untuk mengoptimalkan Bandara Dhoho. Salah satunya untuk mendukung penerbangan umroh. Ibu Gubernur telah menjalin komunikasi dengan sejumlah agen umroh besar yang saat ini mengoperasikan sekitar enam penerbangan umroh dari Jawa Timur setiap minggunya,” kata Emil.

Tahapan awal pengoperasian Bandara Dhoho untuk penerbangan umroh akan dimulai dengan uji coba sebanyak 3 hingga 4 kali dalam sebulan. Uji coba ini dirancang sebagai bentuk pengujian kesiapan baik dari sisi infrastruktur maupun pelayanan penunjang lainnya, serta memastikan seluruh prosedur operasional berjalan sesuai standar internasional.

Menurut Emil, pengembangan Bandara Dhoho juga sejalan dengan rencana optimalisasi sejumlah bandara lain di Jawa Timur, seperti Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, dan Bandara Trunojoyo di Sumenep. Keseluruhan strategi ini ditujukan untuk memperkuat sistem bandara regional, sekaligus menjadi penyangga ketika Bandara Juanda menjalani perbaikan besar-besaran dalam waktu dekat.

“Pak Dirjen ini memang sudah berpengalaman betul di lapangan untuk menilai kapasitas bandara. Di Juanda, kita memiliki tantangan-tantangan sehingga memerlukan perbaikan yang sangat signifikan dalam waktu dekat,” ungkapnya.

Kesiapan Bandara Dhoho dalam mengakomodasi pesawat berbadan lebar dan bertaraf internasional juga menjadi alasan mengapa bandara ini dinilai layak untuk mendukung penerbangan jarak jauh seperti umroh. Dirjen Perhubungan Udara Lukman F. Laisa menyatakan bahwa pemerintah pusat menyambut baik rencana ini dan siap memberikan dukungan penuh.

Menurut Lukman, Bandara Dhoho merupakan salah satu infrastruktur strategis yang menjadi perhatian langsung Presiden RI Prabowo Subianto. Fasilitas dan spesifikasi teknis bandara ini dirancang untuk dapat menampung pesawat berbobot besar seperti Boeing 777-300ER hingga Airbus A380. Dari sisi arsitektur maupun konstruksi, Bandara Dhoho termasuk dalam kategori high class, dengan kualitas yang dinilai sangat baik di antara bandara baru lainnya seperti Yogyakarta International Airport dan Kertajati.

“Bandara Dhoho ini memang dibuat untuk menampung pesawat-pesawat terberat dan terbesar seperti Boeing 777-300ER dan Airbus A380. Dan di antara bandara-bandara baru seperti Kulonprogo dan Kertajati, ini yang paling indah dan spesifikasinya high class,” jelas Lukman.

Harapan besar juga disematkan pada Bandara Dhoho untuk bisa segera difungsikan sebagai bandara internasional. Dukungan infrastruktur yang memadai serta potensi pasar dari masyarakat Jawa Timur yang besar membuat realisasi tersebut semakin masuk akal.

“Mudah-mudahan dengan pertemuan kami hari ini bisa lebih cepat digunakan sebagai bandara internasional,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Lukman juga mengungkapkan kondisi kapasitas Bandara Juanda yang saat ini menampung sekitar 14 juta penumpang per tahun, dari kapasitas total 21 juta. Idealnya, kawasan Surabaya dapat dikembangkan untuk menampung lebih dari 50 juta penumpang per tahun, namun hasil evaluasi menunjukkan bahwa kapasitas maksimal Juanda hanya bisa ditingkatkan hingga 27 juta saja.

Keterbatasan tersebut menjadi alasan utama mengapa pengembangan bandara-bandara baru menjadi penting, termasuk Dhoho di Kediri. Kehadiran bandara tambahan akan sangat vital dalam mengantisipasi pertumbuhan jumlah penumpang dan permintaan penerbangan di masa mendatang.

“Automatically, entah kapan, kita harus membangun bandara baru untuk mensupport kapasitas yang tentunya akan membesar,” tutur Lukman.

Melalui sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, pengembangan Bandara Dhoho diharapkan menjadi katalisator untuk meningkatkan layanan transportasi udara di Jawa Timur, sekaligus memperluas akses masyarakat untuk melakukan ibadah umroh tanpa harus terpusat di satu titik keberangkatan saja.

Ke depan, apabila uji coba berjalan lancar dan seluruh komponen infrastruktur mendukung, Bandara Dhoho bisa menjadi salah satu bandara unggulan yang turut menyokong pencapaian konektivitas nasional serta meningkatkan kualitas pelayanan publik, khususnya di sektor penerbangan umroh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index