Nasional

Nasional IPB University Perkuat Gizi Lewat Kolaborasi Strategis

Nasional IPB University Perkuat Gizi Lewat Kolaborasi Strategis
Nasional IPB University Perkuat Gizi Lewat Kolaborasi Strategis

JAKARTA - Upaya memperkuat ketahanan gizi di Indonesia kini mendapat dorongan baru dari kerja sama strategis antara IPB University dan Badan Gizi Nasional (BGN). Kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman untuk mendirikan Center of Excellence (CoE) yang berfokus pada pemenuhan gizi di tingkat nasional. Lokasi pembangunan CoE tersebut berada di kawasan Kampus IPB Taman Kencana, Bogor.

Pusat keunggulan ini tidak hanya akan menjadi fasilitas fisik semata, tetapi juga menjadi pusat pemikiran, pelatihan, dan riset yang mendukung agenda nasional di bidang gizi. Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menyampaikan harapannya agar pembangunan fasilitas tersebut dapat segera rampung dan dapat dimanfaatkan secara optimal mulai November mendatang.

“Kami berharap proses pendirian bangunan CoE dapat segera dimulai sehingga pada November ini fasilitas baru tersebut dapat digunakan. Nantinya, fasilitas ini akan menjadi pusat latihan, pembinaan, riset, dan pemikiran strategis untuk penyempurnaan program gizi nasional,” ujarnya.

Kerja sama ini juga dilandasi oleh kesamaan visi antara IPB University dan BGN dalam membangun ekosistem gizi yang terintegrasi. IPB sebagai institusi pendidikan tinggi yang kuat dalam bidang pertanian, perikanan, dan peternakan memiliki peran penting dalam menjamin keberlanjutan rantai pasok pangan nasional.

“Suplai pangan itu sangat bergantung pada kegiatan pertanian, perikanan, dan peternakan. Peran kita ada dalam pengembangan sumber daya manusia dan proses yang menunjang ketahanan gizi nasional,” tutur Prof Arif.

Lebih dari sekadar infrastruktur dan kerja sama kelembagaan, IPB University turut ambil bagian aktif dalam mencetak tenaga profesional gizi yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui program khusus, IPB telah dipercaya untuk mendidik ribuan Sanitarian Petugas Penyuluh Gizi Indonesia (SPPI), yang kelak akan terlibat langsung dalam program-program pemenuhan gizi di lapangan.

“Setiap batch, kita mendidik hingga seribu SPPI yang datang ke kampus. Kita bersama Universitas Pertahanan (Unhan) mendidik calon-calon petugas yang akan mendampingi dapur-dapur di berbagai daerah,” jelasnya.

Sebagai bentuk lanjutan dari penguatan kompetensi di bidang gizi, IPB University juga meluncurkan program profesi nutrisionis. Program ini dirancang sebagai jenjang lanjutan dari pendidikan sarjana gizi dan diperuntukkan bagi calon konsultan gizi bersertifikat.

“Jadi setelah sarjana gizi, ada satu tahun profesi namanya nutrisionis. Ini adalah tenaga profesional yang memang ditugaskan untuk menjadi konsultan,” ucap Prof Arif.

Kepala Badan Gizi Nasional, Dr Dadan Hindayana, dalam kesempatan yang sama menjelaskan perkembangan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini telah digulirkan secara nasional. Sejak pertama kali diluncurkan, program ini telah menjangkau 38 provinsi dan 502 kabupaten.

“MBG di-roll out pada 6 Januari 2025, dan alhamdulillah perkembangannya sangat luar biasa,” kata Dr Dadan.

Capaian ini tercermin dari jumlah penerima manfaat yang telah mencapai lebih dari 7,6 juta anak-anak di berbagai daerah. Angka ini, menurut Dr Dadan, melebihi target awal dan setara dengan jumlah populasi aktif di beberapa negara maju.

“Kalau di Singapura, ini sudah memberi makan seluruh yang beraktivitas di Singapura,” ujarnya. “Bahkan kalau dibandingkan dengan negara lain, program ini sebanding dengan memberi makan seluruh penduduk Finlandia atau Denmark.”

Keberhasilan tersebut tentu tidak menjadikan program ini berpuas diri. Dr Dadan mengingatkan bahwa tantangan di masa mendatang akan semakin kompleks, terutama dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat.

“Dan seperti kita tahu, penduduk Indonesia masih tumbuh 6 orang per menit, 3 juta per tahun dan masih akan tumbuh mencapai 324 juta di tahun 2045,” tambahnya.

Dalam konteks itu, penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, dan inovasi teknologi di bidang pangan menjadi mutlak. BGN pun tengah menyiapkan langkah-langkah lanjutan untuk menjaga kualitas distribusi makanan bergizi, terutama dengan mempertimbangkan daya tahan bahan pangan.

“Kami mencoba salad, ada yang bisa tahan tapi sangat tergantung dari kualitas bahan baku,” ungkap Dr Dadan.

Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, BGN akan mengadopsi berbagai teknologi pengolahan pangan seperti freeze drying, vakum, dan iradiasi, yang dinilai efektif untuk mempertahankan nutrisi dan umur simpan bahan makanan.

“Insyaallah tahun depan kita akan coba pakai yang disebut dengan teknologi freeze drying, kemudian teknologi vakum, dan juga iradiasi,” ujarnya.

Langkah-langkah ini mencerminkan keseriusan berbagai pihak dalam memperkuat ketahanan gizi di Indonesia. Melalui sinergi antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan pelaku lapangan, harapan untuk menjadikan pemenuhan gizi sebagai gerakan nasional yang berkelanjutan kian mendekati kenyataan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index