JAKARTA - Meski aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki berdampak pada sejumlah penerbangan, pengelolaan operasional di Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, tetap berjalan dengan sikap waspada dan terkoordinasi. Total 28 penerbangan mengalami pembatalan, namun operasional bandara tetap dibuka seiring kondisi di lapangan yang terpantau aman dari sebaran abu vulkanik.
Menurut Humas Bandara Internasional Komodo, Marwa, pembatalan penerbangan ini terjadi menyusul peningkatan aktivitas Gunung Lewotobi di Flores Timur. Dari semula hanya enam penerbangan yang dibatalkan, jumlahnya melonjak menjadi 28 dalam laporan terbaru. Meskipun demikian, upaya antisipasi dan pengendalian tetap dilakukan dengan cermat oleh pengelola bandara dan otoritas terkait. “Update terbaru 28 penerbangan batal,” ujar Marwa pada Minggu, 3 Agustus 2025.
Pada hari yang sama, terdapat 36 jadwal penerbangan di Bandara Komodo, baik untuk rute domestik maupun internasional. Dari jumlah tersebut, hanya 10 penerbangan yang dapat diberangkatkan maupun didaratkan. Maskapai melakukan pembatalan secara bertahap sepanjang hari, mulai pagi hingga sore. Situasi ini menunjukkan kehati-hatian pihak maskapai dalam menjaga keselamatan penumpang dan kru penerbangan.
Dua dari 28 penerbangan yang dibatalkan merupakan penerbangan internasional yang melayani rute Malaysia hingga Labuan Bajo. Sementara itu, sebagian besar pembatalan terjadi pada rute domestik, baik untuk keberangkatan maupun kedatangan.
Meski mengalami pembatalan dalam jumlah cukup signifikan, pihak Bandara Internasional Komodo menyatakan bahwa operasional bandara tetap berjalan. Berdasarkan hasil pemeriksaan paper test terhadap keberadaan abu vulkanik di sekitar area bandara, dinyatakan bahwa tidak ditemukan sebaran yang mengganggu aktivitas penerbangan.
“Bandara masih buka, statusnya masih negatif (hasil paper test abu vulkanik),” jelas Marwa menegaskan bahwa situasi masih terkendali.
Pernyataan tersebut menandakan bahwa meskipun terjadi gangguan pada sejumlah jadwal, infrastruktur bandara tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Tidak hanya itu, komunikasi antara pihak bandara, maskapai, dan otoritas meteorologi juga berjalan secara aktif untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan seluruh pengguna jasa penerbangan.
Sementara itu, erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki turut memicu kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana lanjutan seperti banjir lahar dingin. Pihak berwenang setempat dan pusat Vulkanologi terus melakukan pengamatan dan analisis terhadap perkembangan aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Koordinasi antara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pengelola bandara, dan maskapai-maskapai penerbangan menjadi kunci utama dalam merespons kondisi ini. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua langkah penanganan dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, serta tetap menjamin keselamatan masyarakat dan para penumpang.
Situasi ini juga menjadi bukti kesiapan Bandara Internasional Komodo dalam menghadapi potensi gangguan alam yang bisa berdampak terhadap jadwal transportasi udara. Penggunaan paper test sebagai alat deteksi keberadaan abu vulkanik di daratan menunjukkan bahwa standar keselamatan dan keamanan telah diimplementasikan secara optimal.
Dalam kondisi seperti ini, penumpang yang terdampak pembatalan penerbangan diimbau untuk tetap mengikuti informasi resmi dari maskapai maupun pengelola bandara. Selain itu, kebijakan fleksibel dari pihak maskapai seperti pengalihan jadwal atau proses refund juga menjadi bagian dari pelayanan yang tetap dijaga selama situasi ini berlangsung.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan aktivitas Gunung Lewotobi akan terus dipantau secara intensif. Harapannya, kondisi ini tidak berlangsung lama dan penerbangan dari dan menuju Labuan Bajo dapat kembali normal dalam waktu dekat. Labuan Bajo, sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan, memiliki peranan penting dalam pergerakan wisatawan domestik dan mancanegara, sehingga kelancaran penerbangan menjadi elemen vital yang terus dijaga.
Erupsi Gunung Lewotobi memang memberikan dampak, namun juga menunjukkan kesiapan dan respons cepat seluruh pihak yang terlibat. Keselamatan tetap menjadi prioritas utama tanpa mengesampingkan pelayanan terhadap penumpang. Situasi seperti ini menjadi momentum untuk memperkuat sistem manajemen risiko bencana, khususnya dalam sektor transportasi udara.
Kewaspadaan dan profesionalisme yang ditunjukkan oleh pengelola Bandara Komodo dan semua pihak yang terlibat menunjukkan bahwa pelayanan publik dapat tetap optimal meski dalam situasi yang tidak terduga. Hal ini juga memberi ketenangan bagi masyarakat dan wisatawan bahwa keselamatan perjalanan udara tetap terjamin.
Dengan pemantauan yang terus dilakukan dan kerja sama lintas sektor yang berjalan, harapannya penerbangan di kawasan ini dapat segera pulih, serta masyarakat tetap merasa aman dan dilayani dengan baik. Bandara Komodo tetap berdiri sebagai penghubung strategis bagi Nusa Tenggara Timur dan Indonesia timur secara keseluruhan, bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan sekalipun.