Emas

Emas Menguat Saat Suku Bunga Longgar

Emas Menguat Saat Suku Bunga Longgar
Emas Menguat Saat Suku Bunga Longgar

JAKARTA - Minat pasar terhadap emas terus menguat, terutama setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang memperkuat ekspektasi pasar akan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Kondisi ini membuat harga emas dunia kembali mencatatkan kenaikan, dengan investor global yang mulai mengalihkan perhatian mereka pada aset-aset yang dianggap aman, seperti logam mulia.

Kenaikan Tipis yang Penuh Harapan

Pada perdagangan emas mengalami peningkatan harga yang cukup stabil. Mengacu pada data dari FXStreet, harga emas global atau XAU/USD diperdagangkan di level USD3.375 per troy ounce, naik 0,39 persen. Kenaikan ini menandai respons pasar terhadap laporan Nonfarm Payrolls AS yang dirilis sebelumnya dan menunjukkan performa di bawah ekspektasi.

Pasar Bereaksi terhadap Ekspektasi Fed

Pergerakan harga emas belakangan ini sangat dipengaruhi oleh proyeksi kebijakan moneter The Fed. Kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan 17 September kini mencapai 87 persen, mencerminkan harapan pelonggaran dari pasar. Kondisi ini menjadi pemicu utama kenaikan permintaan terhadap emas, yang selama ini dikenal sebagai aset lindung nilai dalam situasi ekonomi yang tidak menentu.

Ekspektasi penurunan suku bunga mendorong investor untuk kembali melirik logam mulia, terutama karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen keuangan lain. Namun dalam situasi suku bunga rendah, ketertarikan terhadap emas cenderung meningkat karena biaya peluangnya yang lebih rendah.

Data Tenaga Kerja AS Jadi Pemicu

Laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan menjadi faktor kunci di balik pergeseran sentimen pasar. Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan adanya revisi penurunan angka pekerjaan untuk bulan Mei dan Juni sebesar 258 ribu. Ini menjadi sinyal awal memburuknya kondisi pasar tenaga kerja AS.

Situasi ini turut menguatkan pernyataan Gubernur The Fed Christopher Waller, yang sebelumnya menyatakan bahwa tekanan inflasi yang dipicu oleh kebijakan tarif bersifat sementara. Ia juga menggarisbawahi pentingnya menjaga pencapaian mandat utama bank sentral, yakni stabilitas harga dan lapangan kerja maksimal.

Imbal Hasil Treasury AS Turun, Emas Mendapat Angin Segar

Selain itu, tekanan pada imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menjadi pendorong penguatan harga emas. Selama sesi perdagangan, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun satu basis poin ke level 4,20 persen. Penurunan ini melanjutkan tren negatif setelah sebelumnya mengalami koreksi sebesar 16 basis poin pada Jumat.

Dalam konteks pasar keuangan global, penurunan imbal hasil obligasi sering kali mendukung penguatan harga emas. Hal ini disebabkan oleh karakteristik emas sebagai aset non-yielding yang nilainya menjadi lebih menarik saat return dari aset pendapatan tetap mengalami penurunan.

Dolar AS Masih Bergerak Fluktuatif

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kinerja mata uang dolar terhadap enam mata uang utama dunia mencatatkan penguatan 0,07 persen di level 98,74. Meski mengalami kenaikan terbatas, kinerja dolar yang cenderung datar juga turut memberi ruang bagi emas untuk bergerak lebih tinggi.

Fluktuasi nilai tukar dolar menjadi indikator penting dalam perdagangan emas karena keduanya memiliki hubungan terbalik. Ketika dolar menguat, harga emas cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Sebaliknya, saat dolar melemah, emas menjadi lebih terjangkau secara global.

Dinamika Tarif dan Isyarat Pasar

Di sisi lain, perkembangan kebijakan perdagangan turut mempengaruhi sentimen pasar. Perwakilan Perdagangan AS, Jamieson Greer, menyebutkan bahwa tarif impor yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump pada minggu lalu kemungkinan akan tetap berlaku sebagai bagian dari strategi negosiasi yang lebih luas.

Negara-negara seperti Kanada, Brasil, India, Taiwan, dan Swiss diketahui menjadi sasaran kebijakan tarif baru, dengan rentang 20 persen hingga 39 persen. Langkah ini, meski kontroversial, menjadi sinyal bagi pelaku pasar untuk lebih berhati-hati dalam menilai prospek perekonomian global, sehingga membuat emas kembali menjadi pilihan utama.

Data Ekonomi Tambahan Dinantikan

Selama pekan ini, para pelaku pasar akan terus mencermati sejumlah indikator ekonomi tambahan yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter AS. Beberapa data penting yang dinanti antara lain adalah:

-ISM Services PMI

-Klaim Pengangguran Mingguan

-Data Sentimen Konsumen

-Pernyataan resmi dari anggota The Fed

Setiap rilis data ini berpotensi mengubah ekspektasi pasar terkait arah suku bunga dan akan sangat menentukan pergerakan harga emas ke depan.

Emas Tetap Menjadi Aset Aman

Dengan banyaknya ketidakpastian makroekonomi, emas kembali menunjukkan perannya sebagai aset pelindung nilai yang diminati investor global. Kombinasi antara data ketenagakerjaan yang melemah, potensi penurunan suku bunga, dan ketegangan perdagangan menjadikan logam mulia ini sebagai pilihan yang relevan untuk diversifikasi portofolio.

Kondisi pasar saat ini memperlihatkan bahwa pergerakan harga emas tidak semata dipengaruhi oleh permintaan fisik, tetapi juga oleh dinamika ekonomi makro dan kebijakan moneter dari negara besar seperti Amerika Serikat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index