Panas Bumi

Panas Bumi Pilar Energi Masa Depan

Panas Bumi Pilar Energi Masa Depan
Panas Bumi Pilar Energi Masa Depan

JAKARTA - Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia terus menunjukkan perkembangan signifikan, terutama melalui kerja sama antar-BUMN strategis. PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) resmi menjalin sinergi untuk mendorong pengembangan energi panas bumi nasional, dengan kapasitas pembangkit mencapai total 530 megawatt (MW).

Langkah strategis ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dan Head of Agreement (HoA) yang berlangsung di Jakarta. Kesepakatan tersebut sekaligus mempertegas komitmen kedua perusahaan pelat merah dalam mempercepat transisi menuju sistem energi rendah karbon yang berkelanjutan.

Penandatanganan ini turut disaksikan oleh CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan P. Roeslani, sebagai bentuk dukungan terhadap akselerasi investasi hijau di Indonesia.

Langkah Nyata Mendukung Transisi Energi

Kerja sama ini tak hanya bersifat simbolik, melainkan bagian dari strategi konkret untuk mendorong transformasi sektor energi nasional. Dengan memanfaatkan potensi panas bumi, Indonesia memperkuat posisinya sebagai negara yang aktif menekan emisi karbon sekaligus memperluas penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

“Pengembangan energi panas bumi merupakan agenda strategis nasional dalam memperkuat ketahanan energi dan mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon,” ujar Rosan. Ia menekankan bahwa seluruh inisiatif tersebut akan dilaksanakan dengan tata kelola yang akuntabel dan selaras dengan standar internasional.

Rosan juga menyatakan bahwa kerja sama ini menunjukkan sinergi antarlembaga dalam mewujudkan investasi berkelanjutan yang berdampak langsung terhadap kemandirian energi.

PLN Dorong Akselerasi Energi Bersih

PLN sebagai pelaku utama penyedia listrik nasional memegang peran penting dalam transformasi energi ini. Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari langkah jangka panjang perusahaan dalam mendukung target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

“Melalui kerja sama ini, kami memperkuat pengembangan dan pemanfaatan panas bumi sebagai bagian dari strategi jangka panjang energi bersih,” ujarnya.

Darmawan menambahkan, keterlibatan Pertamina dan PGE dalam proyek ini, serta fasilitasi dari Danantara, menjadi contoh nyata sinergi antar-BUMN untuk percepatan pengembangan pembangkit rendah karbon yang handal.

“PLN akan terus memperluas peran EBT dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional, tidak hanya sebagai target, tetapi sebagai komitmen yang kami wujudkan lewat implementasi konkret di lapangan,” tegasnya.

Pertamina Perkuat Peran Lewat PGE

Di sisi lain, Pertamina, melalui entitas anak usahanya Pertamina Geothermal Energy (PGE), menunjukkan kesiapan penuh dalam memperluas pengelolaan panas bumi secara progresif dan terukur.

“Kerja sama ini memungkinkan optimalisasi wilayah kerja panas bumi secara terukur. Bersama PLN dan Danantara Indonesia, kami siap mempercepat realisasi proyek strategis EBT nasional,” ungkap Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri.

Menurutnya, Pertamina berkomitmen untuk tidak hanya mendukung percepatan pembangunan energi panas bumi, tetapi juga mendorong efisiensi dan kesinambungan proyek jangka panjang yang berdampak pada ketahanan energi nasional.

PGE selama ini memang telah aktif mengelola berbagai wilayah kerja panas bumi di Indonesia. Dengan adanya kolaborasi strategis ini, pemanfaatannya diharapkan dapat dimaksimalkan lebih luas melalui pendekatan integratif dari hulu ke hilir.

Perincian Proyek dan Ruang Lingkup Kerja Sama

Dalam kerja sama ini, PLN melalui anak usahanya PT PLN Indonesia Power (PLN IP) akan bermitra dengan PGE untuk mempercepat pelaksanaan pengembangan proyek energi panas bumi.

Ruang lingkup kolaborasi mencakup berbagai aspek strategis, mulai dari penyusunan skema kemitraan, studi kelayakan teknis dan komersial, percepatan implementasi proyek, hingga pembentukan tim kerja bersama serta Joint Committee sebagai forum koordinasi pelaksanaan proyek.

Dari total kapasitas yang direncanakan sebesar 530 MW, sekitar 440 MW akan dipercepat realisasinya dengan pola kerja sama, di mana bagian hulu ditangani oleh Pertamina/PGE dan bagian hilir oleh PLN Group. Sementara sisanya, 90 MW, akan dikembangkan bersama melalui skema co-generation.

Pendekatan kerja sama terintegrasi ini memungkinkan setiap pihak memainkan peran optimal dalam percepatan pengembangan EBT di Indonesia, tanpa mengesampingkan prinsip efisiensi dan keberlanjutan.

Dua Proyek Percontohan Disiapkan

Sebagai bentuk konkret dari implementasi awal kerja sama ini, PLN IP dan PGE juga telah menandatangani Consortium Agreement untuk dua proyek percontohan yang dirancang sebagai model pengembangan energi panas bumi berbasis teknologi binary.

Proyek pertama adalah PLTP Ulubelu Binary berkapasitas 30 MW, dan yang kedua adalah PLTP Lahendong Binary Unit berkapasitas 15 MW. Keduanya ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027, dan akan menjadi contoh penerapan teknologi panas bumi efisien yang ramah lingkungan.

Kedua proyek ini tidak hanya menjadi langkah awal, tetapi juga simbol penting dari kemajuan teknologi dan kemitraan dalam pengembangan energi bersih di tanah air. Dengan teknologi binary, sumber daya panas bumi dapat dimanfaatkan secara maksimal, bahkan pada suhu menengah, sehingga lebih banyak wilayah Indonesia berpotensi untuk dikembangkan.

Dengan inisiatif ini, Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan masa depan energi yang berkelanjutan. Kolaborasi antara PLN, Pertamina, dan Danantara menjadi bukti bahwa sinergi antarlembaga mampu menghadirkan solusi nyata untuk tantangan energi global melalui pemanfaatan potensi panas bumi nasional secara optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index