JAKARTA - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 20 Agustus 2025 dibuka dengan sinyal positif. Indeks Bisnis-27, yang merupakan hasil kerja sama Harian Bisnis Indonesia dengan BEI, langsung bergerak menguat di awal sesi. Sejumlah saham unggulan dari sektor properti, perbankan, hingga pulp and paper menjadi motor penggerak laju indeks.
Pada pukul 09.09 WIB, Indeks Bisnis-27 tercatat berada di level 530,37 atau naik 0,46% dibandingkan penutupan sebelumnya. Dari 27 konstituen yang masuk dalam perhitungan, sebanyak 14 saham menguat, 10 melemah, sementara 3 saham stagnan. Kenaikan indeks kali ini dipimpin oleh pergerakan saham PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) yang melesat 2,88% ke level Rp1.070 per saham.
Kontributor Utama Penguatan Indeks
Selain CTRA, saham perbankan pelat merah ikut memberikan kontribusi signifikan. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatat kenaikan 1,67% ke posisi Rp4.880. Laju positif juga diikuti saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) yang menanjak 1,56% ke Rp8.125.
Tidak hanya itu, tiga bank besar lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), serta PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), juga ikut menopang indeks dengan kenaikan masing-masing 1,39%, 1,24%, dan 0,36%.
Dari sektor kesehatan, sejumlah emiten juga ikut menguat. PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) naik 1,47% ke Rp1.385, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) bertambah 0,83% ke Rp2.420, sementara PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) menguat tipis 0,28% ke Rp1.765.
Saham yang Melemah
Meski indeks bergerak positif, beberapa saham justru mengalami tekanan. PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) melemah cukup dalam, turun 3,52% ke level Rp274. Saham lain yang terkoreksi adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) yang turun 1,26% ke Rp1.570, serta PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) yang susut 1,14% ke Rp1.305.
Selain itu, saham PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) ikut turun 0,82% ke Rp1.210, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) melemah 0,46% ke Rp2.180, dan PT Astra International Tbk. (ASII) terkoreksi 0,45% ke Rp5.500.
Adapun beberapa saham yang stagnan di awal perdagangan meliputi PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), serta PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO).
Sentimen Pasar Domestik
Menurut analisis Tim Riset Phintraco Sekuritas, pergerakan pasar saham hari ini juga dipengaruhi sentimen dari dalam negeri. Investor tengah menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang digelar pada hari yang sama.
Konsensus pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 5,25%. Sebelumnya, pada RDG Juli 2025, BI memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin sebagai langkah mendukung pertumbuhan ekonomi.
Prospek pemangkasan lanjutan masih terbuka apabila inflasi tetap terkendali. Data menunjukkan inflasi tahunan Juli 2025 mencapai 2,37%, tertinggi sejak Juni 2024. Meski begitu, angka tersebut masih berada dalam kisaran target BI yaitu 1,5%–3,5%.
Sentimen Eksternal
Dari kancah global, pasar juga mencermati kebijakan moneter bank sentral China. Ekspektasi menunjukkan Loan Prime Rate (LPR) 1 tahun akan tetap di level 3% dan LPR 5 tahun di level 3,5%. Kebijakan mempertahankan suku bunga rendah ini diyakini sebagai upaya China mendukung pemulihan ekonomi, khususnya sektor properti, di tengah tantangan global seperti ancaman perang tarif dan pelemahan daya beli domestik.
Sementara itu, investor juga menunggu rilis data inflasi Inggris untuk periode Juli 2025. Proyeksi menyebutkan inflasi akan naik menjadi 3,7% year on year (yoy), dibandingkan 3,6% yoy pada Juni. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak Januari 2024, sehingga berpotensi memengaruhi sentimen pasar Eropa dan global.
Prospek Pasar
Dengan dukungan sejumlah saham unggulan, terutama dari sektor properti dan perbankan, Indeks Bisnis-27 di awal sesi berhasil bertahan di zona hijau. Namun, volatilitas masih mungkin terjadi sepanjang hari, mengingat banyaknya sentimen baik domestik maupun global yang tengah menanti kepastian.
Pelaku pasar akan mencermati lebih jauh hasil keputusan BI terkait suku bunga, serta arah kebijakan moneter dari negara-negara mitra dagang utama. Jika stabilitas inflasi tetap terjaga dan sentimen global tidak terlalu negatif, peluang penguatan indeks masih terbuka lebar.