JAKARTA - Perhatian terhadap kesehatan mental perempuan selama masa kehamilan hingga pascapersalinan kini semakin besar. Kesadaran bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik membuat sejumlah negara mengambil langkah konkret, salah satunya Inggris. Negara tersebut mengalokasikan dana sekitar Rp47 triliun untuk memperkuat dukungan terhadap ibu hamil maupun ibu yang baru saja melahirkan.
Langkah ini diambil bukan tanpa alasan. Masa kehamilan hingga melahirkan memang menjadi periode penuh perubahan bagi seorang perempuan, baik secara fisik maupun emosional. Di tengah kebahagiaan menyambut buah hati, tidak jarang muncul tekanan yang memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Jika tidak ditangani, kondisi tersebut bisa berdampak panjang bagi ibu, bayi, maupun keluarga.
Angka Penerima Dukungan Meningkat
Menurut laporan NHS Inggris tahun 2024, jumlah perempuan yang menerima bantuan kesehatan mental dari tenaga spesialis terus meningkat. Dalam periode Maret 2023 hingga Februari 2024, tercatat sebanyak 57.170 calon ibu dan ibu baru mendapatkan pendampingan. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di angka 43.053.
Pertumbuhan angka ini mencerminkan meningkatnya kesadaran sekaligus akses layanan kesehatan mental di kalangan perempuan. Padahal, setiap tahun ada sekitar 600.000 kelahiran di Inggris, dan penelitian menunjukkan satu dari lima ibu baru atau calon ibu rentan mengalami masalah kesehatan mental perinatal. Kondisi ini mencakup gangguan stres pascatrauma, depresi berat, hingga rasa takut berlebihan terhadap persalinan.
Direktur Kesehatan Mental Nasional NHS Inggris, Claire Murdoch, menegaskan bahwa menjadi seorang ibu memang momen istimewa, namun juga penuh tantangan. “Menjadi seorang ibu baru adalah momen yang sangat istimewa, tetapi juga bisa menjadi pengalaman yang sangat menegangkan dan membebani. NHS ingin memastikan bahwa mereka yang mengalami gangguan kesehatan mental seperti stres pascatrauma atau depresi berat mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan,” ujarnya.
Murdoch juga menambahkan, tim spesialis di Inggris telah dilatih dengan berbagai pendekatan efektif untuk memastikan perawatan berhasil. Ia mendorong para ibu yang merasa kesulitan untuk tidak ragu mencari bantuan lewat dokter umum.
Jaringan Layanan yang Lebih Merata
Salah satu wujud nyata dari investasi besar ini adalah kehadiran tim kesehatan mental spesialis di seluruh wilayah Inggris. Mereka bertugas mendukung perempuan dengan kondisi kesehatan mental mulai dari sedang hingga kompleks. Layanan tersebut juga menitikberatkan pada upaya membangun hubungan yang sehat antara orang tua dengan bayi.
Pemeriksaan mental dan fisik menyeluruh juga ditawarkan untuk setiap ibu baru dalam enam minggu pertama setelah melahirkan. Jika dibutuhkan perawatan lebih lanjut, pasien dapat dirujuk ke hampir 40 layanan kesehatan mental khusus ibu yang sudah berdiri. Di sana, bidan dan psikolog siap membantu menangani masalah seperti trauma persalinan, kehilangan bayi, hingga ketakutan ekstrem menjelang proses melahirkan.
Terapis okupasi spesialis dari Northamptonshire Healthcare Foundation Trust, Madeline Warwick, menjelaskan bahwa layanan kesehatan mental telah bekerja selama lebih dari lima tahun mendampingi perempuan dengan kondisi serius. “Layanan kesehatan mental telah mendukung perempuan yang mengalami kondisi kesehatan mental sedang hingga berat selama kehamilan dan persalinan selama lebih dari lima tahun, merawat sekitar 900 perempuan setiap tahun,” katanya.
Pendekatan yang Dipersonalisasi
Selain dukungan medis, NHS menekankan pentingnya perawatan yang lebih personal bagi ibu hamil dan ibu baru. Kepala kebidanan Inggris, Kate Brintworth, menilai bahwa transisi menjadi orang tua tidak sekadar perubahan fisik, tetapi juga mental.
“Untuk membantu memastikan perempuan mendapatkan dukungan yang baik selama transisi mereka menjadi orang tua, mereka harus diberikan perawatan yang dipersonalisasi selama dan setelah kehamilan yang tidak hanya mempertimbangkan kesehatan fisik dan pilihan mereka, tetapi juga kesehatan mental,” jelas Brintworth.
Brintworth juga menyambut baik kehadiran tim kesehatan mental perinatal di setiap wilayah. Survei maternitas CQC tahun 2023 menunjukkan mayoritas ibu merasa puas karena bidan atau tenaga kesehatan menanyakan kondisi mental mereka selama perawatan pascapersalinan.
Investasi Jangka Panjang
Dukungan untuk ibu hamil dan ibu baru ini merupakan bagian dari NHS Long Term Plan. Pemerintah Inggris mengidentifikasi kebutuhan dana sebesar 2,3 miliar Pound Sterling, setara Rp47 triliun, demi memperluas akses layanan kesehatan mental.
Investasi tersebut mencakup penyediaan layanan komunitas perinatal hingga dua tahun setelah melahirkan, peningkatan akses terapi psikologis, pemeriksaan kesehatan mental bagi pasangan, serta pengembangan layanan khusus bagi kasus yang lebih kompleks.
Dengan langkah ini, Inggris berharap tidak hanya mengatasi masalah mental yang dialami ibu, tetapi juga mencegah dampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak dan keharmonisan keluarga.
Menjadi Contoh Internasional
Pendekatan Inggris bisa menjadi inspirasi bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk lebih serius menaruh perhatian pada kesehatan mental ibu. Sebab, kesehatan ibu bukan hanya tentang kondisi tubuh yang bugar, melainkan juga kestabilan mental yang akan memengaruhi cara mereka merawat anak.
Kasus baby blues maupun depresi postpartum bukan lagi hal asing. Banyak ibu yang membutuhkan dukungan lebih, tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari sistem kesehatan yang kuat. Langkah Inggris ini menunjukkan bahwa kesehatan mental layak mendapatkan prioritas sama seperti kesehatan fisik.
Dengan adanya layanan yang terstruktur, dukungan tenaga ahli, serta investasi berkelanjutan, diharapkan lebih banyak ibu merasa aman, nyaman, dan siap menjalani perannya sebagai orang tua. Bagi Indonesia, kisah ini bisa menjadi pelajaran bahwa membangun generasi sehat dimulai dari memastikan ibu mendapatkan dukungan penuh, baik fisik maupun mental, sejak awal perjalanan kehamilan hingga setelah melahirkan.