JAKARTA - Pergantian tahun biasanya identik dengan pesta besar, konser terbuka, dan kerumunan jutaan orang di pusat-pusat kota dunia. Namun menjelang Malam Tahun Baru 2026, pemandangan tersebut mulai berubah.
Sejumlah kota global justru memilih menahan euforia dan membatalkan perayaan meriah yang selama ini menjadi ikon, dengan alasan utama keamanan dan keselamatan publik.
Dari Paris hingga New York, keputusan pembatalan atau pembatasan perayaan diambil hanya beberapa hari sebelum malam pergantian tahun. Kekhawatiran terhadap potensi kerumunan tak terkendali, risiko keamanan, hingga ancaman terorisme menjadi latar belakang kebijakan tersebut.
Fenomena ini menandai pergeseran pendekatan kota-kota besar dalam menyambut Tahun Baru, dari pesta massal menuju perayaan yang lebih terkendali.
Kekhawatiran Kerumunan Picu Pembatalan Acara Besar
Paris menjadi salah satu kota yang paling disorot setelah membatalkan konser langsung Malam Tahun Baru di Champs-Elysees. Kawasan ikonik tersebut selama bertahun-tahun menjadi magnet wisatawan dan warga lokal untuk merayakan pergantian tahun dengan pesta terbuka.
Wali Kota Distrik ke-8 Paris, Jeanne d'Hauteserre, menjelaskan bahwa pembatalan dilakukan karena kekhawatiran terhadap “kerumunan yang tidak dapat diprediksi.” Ia menilai area tersebut “tidak cukup luas untuk menyelenggarakan acara semacam ini di mana orang-orang bergerak.”
Meski konser langsung ditiadakan, Paris tetap menggelar pertunjukan kembang api di Arc de Triomphe. Namun, sebagai pengganti hiburan langsung, panitia memilih menayangkan konser yang telah direkam sebelumnya. Langkah ini dianggap sebagai kompromi antara menjaga tradisi dan mengutamakan keselamatan.
Keputusan Paris mencerminkan kehati-hatian otoritas kota dalam mengelola ruang publik yang dipadati pengunjung dari berbagai negara, terutama di tengah situasi keamanan global yang dinamis.
Tokyo hingga Beograd Ikut Ambil Langkah Serupa
Langkah serupa juga diambil di Tokyo. Panitia resmi membatalkan Acara Hitung Mundur Shibuya yang selama ini menjadi pusat perayaan Malam Tahun Baru di ibu kota Jepang. Dalam siaran pers pemerintah, Wali Kota Distrik Shibuya, Ken Hasebe, menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil demi menciptakan kota yang aman dan tenteram.
“Untuk menciptakan kota yang aman dan tenteram, kami terus waspada terhadap perilaku yang mengganggu akibat minum-minum di jalan, serta risiko kecelakaan akibat kerumunan,” tulis Hasebe.
Di Eropa Timur, Kota Beograd di Serbia juga mengumumkan pembatalan perayaannya. Wali Kota Aleksandar Šapić menyatakan bahwa tahun ini tidak akan ada perayaan Malam Tahun Baru yang terorganisir, termasuk perayaan Tahun Baru Serbia. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pembatalan dilakukan secara menyeluruh demi kepentingan keamanan warga.
Pembatalan di berbagai kota ini terjadi dalam konteks meningkatnya kewaspadaan global. FBI, misalnya, baru-baru ini membongkar rencana pemboman Malam Tahun Baru di Los Angeles dan menangkap empat anggota geng yang diduga terlibat. Rencana tersebut disebut mencakup serangan bom terkoordinasi menggunakan alat peledak improvisasi di lima lokasi berbeda di kota tersebut.
Pengamanan Ketat di Tengah Ikon Perayaan New York
Berbeda dengan kota-kota yang membatalkan perayaan, New York tetap melanjutkan acara penurunan bola ikonik di Times Square. Sekitar satu juta orang diperkirakan akan memadati kawasan tersebut. Namun, pengamanan dilakukan dengan sangat ketat.
Paul Mauro, kontributor Fox News dan mantan inspektur NYPD, menyebut Malam Tahun Baru sebagai momen pengamanan terbesar bagi kepolisian New York.
“Malam Tahun Baru seperti Super Bowl bagi NYPD… Anda harus melakukan segala yang Anda bisa untuk mengendalikannya, tidak hanya untuk ancaman [teror], tetapi juga untuk mencegah kekacauan,” kata Mauro.
Ia menjelaskan bahwa berbagai upaya pengamanan dilakukan di balik layar, mulai dari pengamanan gedung, jendela, hingga ruang-ruang di sekitar Times Square. Tujuannya bukan hanya mencegah ancaman besar, tetapi juga insiden kecil seperti perkelahian, pelemparan botol, hingga penggunaan petasan yang dapat memicu kepanikan massal.
Menurut Mauro, perencanaan keamanan dilakukan jauh hari sebelumnya, bahkan berbulan-bulan, sebagaimana yang dilakukan pada perayaan Tahun Baru milenium.
Pergeseran Tren Menuju Perayaan Lebih Privat
Di tengah pembatasan dan pembatalan perayaan massal, tren perayaan Malam Tahun Baru juga mengalami pergeseran. Mauro mengingatkan pengunjung Times Square agar memiliki rencana darurat, terutama bagi mereka yang datang bersama keluarga atau anak-anak.
“Jika Anda bersama sekelompok orang, atau jika Anda membawa anak-anak Anda, mudah untuk terpisah di tengah keramaian,” ujarnya. Ia juga mengingatkan bahwa jaringan seluler kerap kelebihan beban di kawasan tersebut saat Malam Tahun Baru.
Penasihat perjalanan Travelmation, Chemeeka Sparks, mengungkapkan bahwa semakin banyak orang memilih perayaan yang lebih privat atau eksklusif.
“Merayakan di Times Square New York adalah cara klasik, tetapi banyak orang tidak ingin menghabiskan liburan berdesakan dengan jutaan orang lain,” katanya.
Menurut Sparks, acara khusus seperti makan malam eksklusif, pelayaran, hingga klub privat semakin diminati sejak tahun 2020. Orang-orang tetap menginginkan momen berkesan, tetapi dalam suasana yang lebih aman dan terkendali.
Tren kesederhanaan juga terlihat di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung memastikan perayaan Tahun Baru di Jakarta tidak dilakukan secara berlebihan. Keputusan ini diambil sebagai bentuk empati atas bencana yang terjadi di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Pramono menegaskan bahwa Jakarta sebagai ibu kota negara menjadi sorotan nasional dan internasional, sehingga konsep perayaan harus mencerminkan kepedulian. Untuk itu, pertunjukan kembang api ditiadakan dan digantikan dengan pertunjukan drone.
“Yang pertama yang paling utama adalah enggak ada kemeriahan yang berlebihan yang bersifat mewah-mewah, enggak, saya enggak mau,” kata Pramono.
Keputusan berbagai kota ini menunjukkan bahwa Malam Tahun Baru 2026 tidak lagi semata tentang kemeriahan, tetapi juga tentang keselamatan, empati, dan cara baru merayakan pergantian tahun dengan lebih bijak.