Bursa

Pasar Menanti Data Inflasi AS: Bursa Asia Dibuka Variatif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Pasar Menanti Data Inflasi AS: Bursa Asia Dibuka Variatif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Pasar Menanti Data Inflasi AS: Bursa Asia Dibuka Variatif di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

JAKARTA - Bursa saham Asia memulai perdagangan pekan ini dengan kondisi yang bervariasi di saat para investor global cemas menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang dinilai akan memberikan gambaran penting terhadap kebijakan moneter bank sentral. Rabu, 12 Februari 2025, menjadi hari yang penuh perhatian bagi pasar finansial karena data inflasi AS dapat memperjelas arah kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Pergerakan Beragam di Bursa Asia

Mengacu pada data terbaru dari Bloomberg, bursa di Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Topix Jepang mengalami pelemahan dengan penurunan sebesar 0,36% ke level 2.723,13. Sebaliknya, di Korea Selatan, indeks Kospi hanya turun tipis sebesar 0,1% menjadi 2.538,98. Sementara itu, pasar di Australia mengalami penguatan, dengan indeks S&P/ASX 200 dibuka naik 0,12% ke 8.493,90. Indeks Hang Seng Futures juga mencatatkan kenaikan sebesar 1% pada pagi ini.

Investor Waswas Menanti Data Penting dari AS

Investor saat ini berada dalam posisi menanti-nanti bagaimana data inflasi terbaru dari AS akan dirilis. Pentingnya data ini terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi kebijakan suku bunga dari The Fed. Inflasi yang tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran serta pertumbuhan lapangan kerja yang masih sehat telah mengindikasikan bahwa perekonomian AS tetap tangguh. Kondisi ini memberi alasan bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini.

Data Inflasi dan Suku Bunga The Fed

Menurut perkiraan yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen yang tidak termasuk komponen makanan dan energi diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan Januari untuk kelima kalinya dalam enam bulan terakhir. Data ini akan dirilis sebelum paruh kedua dari kesaksian maraton Ketua The Fed Jerome Powell selama dua hari.

Dalam kaitannya dengan hal ini, Josh Hirt dari Vanguard menyebutkan, “Inflasi baru-baru ini, ditambah dengan pasar tenaga kerja yang kuat, akan memberikan kesabaran bagi Federal Reserve yang kemungkinan akan mempertahankan kebijakan pada kisaran targetnya 4,25%-4,50% pada bulan Maret.” Kutipan ini menjelaskan bahwa The Fed saat ini melihat alasan untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.

Proyeksi Pasar Terhadap Kebijakan The Fed

Meskipun ada proyeksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, pandangan ini mulai berkurang sejak penilaian Desember 2024 yang memperkirakan kemungkinan dua pemangkasan suku bunga sepanjang tahun 2025. Data tenaga kerja Januari yang kuat, yang dirilis pada hari Jumat sebelumnya, telah menyebabkan penilaian ulang terhadap prospek kebijakan ini.

Matthew Weller dari Forex.com dan City Index turut berkomentar, “Dengan pasar tenaga kerja yang tetap kuat dan inflasi masih sedikit di atas target The Fed, tidak mengherankan jika para pedagang mengesampingkan prospek penurunan suku bunga lagi dari The Fed menjelang pertengahan tahun.” Pernyataan ini menyoroti pandangan bahwa kebijakan suku bunga mungkin akan tetap bertahan untuk sementara waktu.

Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pidatonya kepada Kongres AS, menegaskan bahwa The Fed tidak merasa terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunganya. Pernyataan ini mengulangi sinyal yang telah dilontarkan pada Januari lalu, setelah kebijakan suku bunga utama tidak berubah usai pemotongan sebanyak tiga kali dalam rapat rapat selama tahun 2024.

Indikasi dari para pejabat terkait kemungkinan menahan suku bunga hingga terjadi kemajuan lebih lanjut dalam menurunkan inflasi dan mendapatkan kejelasan dari rencana kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump, menjadi pemicu utama perhatian pasar. Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade, menyatakan dalam catatannya, “Jika para pedagang sedang mencari petunjuk atau niat mengenai kapan penurunan suku bunga lagi mungkin terjadi, hal ini jelas tidak ada – karena memang disengaja.”

Bursa Asia yang dibuka variatif mencerminkan kegelisahan pasar global dalam menyikapi perubahan ekonomi yang sedang berlangsung. Data inflasi dari AS akan menjadi faktor penentu penting yang dapat mengarahkan kebijakan moneter The Fed ke depannya. Dalam hal ini, pasar terus mengamati dengan cermat setiap pernyataan dan data ekonomi untuk mencari sinyal arah kebijakan selanjutnya.

Dengan ekonomi global yang berada dalam fase dinamis, pelaku pasar di seluruh dunia harus tetap waspada dan siap menghadapi setiap kemungkinan perubahan kebijakan yang dapat mempengaruhi kondisi finansial internasional. Para investor akan terus memantau perkembangan ini sembari membuat strategi investasi yang adaptif terhadap kondisi makroekonomi yang ada.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index