JAKARTA - Unjuk rasa besar besaran menyelimuti Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta pada Kamis, 27 Februari 2025. Rombongan aktivis yang tergabung dalam Aliansi Tolak Tambang Martabe (Lantam) menyuarakan protes keras terhadap aktivitas tambang emas Martabe yang beroperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Mereka menuntut penghentian segera dan perlindungan terhadap ekosistem Batang Toru yang terancam kerusakan.
Aktivitas tambang emas yang dilakukan di daerah tersebut dinilai memicu kerusakan biodiversity yang tak tergantikan serta mengancam kehidupan Orangutan Tapanuli, spesies langka yang hanya ditemukan di kawasan tersebut. Dampak kerusakan lingkungan akibat tambang telah menyebabkan keresahan di kalangan masyarakat setempat dan pencinta lingkungan.
"Kami meminta pemerintah segera menghentikan tambang emas Martabe. Ini bukan hanya soal kerusakan lingkungan, tetapi juga soal ancaman nyata terhadap keberlangsungan hidup Orangutan Tapanuli yang terancam punah. Ekosistem Batang Toru adalah satu-satunya rumah bagi spesies ini," tegas Rahmad Sihombing, salah satu juru bicara dari Aliansi Tolak Tambang Martabe saat memberikan pernyataan di lokasi aksi.
Para demonstran terlihat membawa spanduk dan poster yang bertuliskan berbagai seruan penyelamatan lingkungan dan perlindungan terhadap spesies langka. Mereka juga meneriakkan yel-yel yang menggambarkan kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada kelestarian lingkungan.
Ekosistem Batang Toru memang dikenal memiliki biodiversitas yang tinggi. Selain merupakan habitat bagi Orangutan Tapanuli, kawasan ini juga menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna endemik lainnya yang kini terancam oleh aktivitas tambang.
"Jika eksploitasi tambang ini terus dibiarkan, tidak hanya kehidupan satwa yang terancam, tetapi juga masyarakat sekitar yang bergantung pada keutuhan ekosistem ini untuk mata pencaharian mereka. Kerusakan hutan akan mengakibatkan hilangnya sumber air bersih dan tanah longsor yang bisa memakan korban jiwa," lanjut Rahmad dengan penuh semangat.
Di sisi lain, perwakilan dari perusahaan tambang emas Martabe, yang tidak ingin disebutkan namanya, berpendapat bahwa mereka telah mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan yang telah disetujui oleh pihak terkait. Namun, menurut Lantam, pelaksanaan di lapangan tidak mencerminkan hal tersebut.
Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa kawasan Batang Toru memiliki keanekaragaman hayati yang tak ternilai. Hilangnya kawasan hutan akibat tambang berdampak langsung pada perubahan iklim dan mengganggu siklus ekosistem yang ada. Ahli ekologi dan konservasi telah menunjukkan bahwa jika perusakan ini tidak dihentikan, kerugian yang ditimbulkan akan bersifat permanen.
"Langkah pemerintah seharusnya tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi jangka pendek. Kerusakan ekologis yang terjadi sudah di depan mata, dan ini adalah tanggung jawab kita semua untuk menghentikannya sebelum terlambat," ujar Dr. Anita Pranoto.
Aksi di depan kantor Kementerian ESDM ini merupakan bagian dari rangkaian kampanye yang dilakukan Lantam untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pelestarian ekosistem Batang Toru. Kampanye ini juga mendapat dukungan dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta masyarakat internasional yang peduli terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.
Reaksi dari Kementerian ESDM pun dinantikan oleh massa aksi. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh kementerian terkait tanggapan terhadap tuntutan para demonstran. Aktivis berharap pemerintah dapat segera mengambil keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada penyelamatan lingkungan.
"Kami merasa bosan dengan janji-janji yang hanya manis di bibir. Kami ingin melihat tindakan konkret dari pemerintah. Nasib ekosistem Batang Toru dan keberlangsungan hidup ribuan orang dan satwa langka ada di tangan mereka," pungkas Rahmad sebelum mengakhiri orasinya di depan ratusan peserta aksi.
Situasi sekitar lokasi unjuk rasa dilaporkan berlangsung damai, meski penjagaan ketat tetap dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Integritas dan ketegasan dari pihak berwenang kini menjadi harapan banyak pihak untuk menyudahi polemik yang berkepanjangan ini.
Melalui aksi yang dilakukan, Aliansi Tolak Tambang Martabe berharap dapat meneguhkan komitmen semua pihak untuk melindungi warisan alam yang sesungguhnya merupakan kekayaan sejati bangsa dan generasi mendatang. Hari-hari mendatang akan menjadi penentu jalan perjuangan dalam menjaga kelestarian lingkungan Indonesia.