Sepak Bola

Sinode GMIST Gelar Pertandingan Sepak Bola Perempuan, Dorong Rekonsiliasi Sosial Pascapemilu di Sangihe

Sinode GMIST Gelar Pertandingan Sepak Bola Perempuan, Dorong Rekonsiliasi Sosial Pascapemilu di Sangihe
Sinode GMIST Gelar Pertandingan Sepak Bola Perempuan, Dorong Rekonsiliasi Sosial Pascapemilu di Sangihe

JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-78 Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) dan Hari Pekabaran Injil ke-168, Sinode GMIST menggelar pertandingan sepak bola perempuan lintas wilayah yang digelar secara serentak di berbagai zona di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pertandingan ini akan dimulai Selasa, 3 Juni 2025, pukul 15.00 WITA di Lapangan Gesit Tahuna, dan diharapkan menjadi momentum penting dalam mendorong pemulihan sosial pasca konstelasi politik nasional dan daerah.

Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai ajang olahraga, namun juga sebagai sarana untuk mempererat kebersamaan, memperkuat nilai-nilai toleransi, serta menyemai kembali semangat rekonsiliasi sosial di tengah masyarakat pasca pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang sempat memicu ketegangan politik di beberapa wilayah.

Ketua Panitia HUT GMIST ke-78, Pdt. Ronny Lewerisa, dalam keterangannya menjelaskan bahwa pertandingan sepak bola perempuan ini digelar di empat zona utama di wilayah pelayanan GMIST. Zona-zona tersebut mencakup Zona Tagulandang, Zona Siau Barat, Zona Siau Timur, dan Zona Tahuna, dengan total peserta mencapai lebih dari 80 tim perempuan.

“Di Zona Tagulandang, kompetisi ini diikuti oleh 24 tim dan saat ini telah memasuki putaran kedua. Sementara itu, di Zona Siau Barat terdapat 12 tim yang juga sudah mulai bertanding di babak kedua. Zona Siau Timur mencatat jumlah peserta terbanyak dengan 34 tim yang telah memulai pertandingan sejak hari Minggu kemarin. Sedangkan Zona Tahuna akan menggelar pertandingan pembukaannya hari ini, Selasa 3 Juni 2025, dengan jumlah peserta sebanyak 14 tim,” ungkap Pdt. Ronny.

Lebih lanjut, Pdt. Ronny menegaskan bahwa GMIST merasa bertanggung jawab secara moral dan spiritual untuk ambil bagian dalam pemulihan sosial masyarakat setelah perhelatan demokrasi yang cukup menyita perhatian dan energi publik.

“Setelah hiruk-pikuk politik usai, masyarakat perlu diajak kembali untuk menata harmoni sosial. Kegiatan ini merupakan bentuk keterlibatan gereja dalam upaya ‘social recovery’, agar masyarakat bisa kembali hidup rukun dalam perbedaan. Kami ingin mengembalikan semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang sempat renggang akibat pilihan politik yang berbeda-beda,” ujarnya.

Sebagai bagian dari upacara pembukaan di Zona Tahuna, akan digelar pertandingan eksibisi yang cukup menarik perhatian. Pertandingan ini mempertemukan tim Pendeta GMIST melawan tim dari TP PKK Kabupaten Kepulauan Sangihe. Laga ini dirancang bukan sekadar seremonial, melainkan simbol kebersamaan lintas profesi dan lembaga.

Tim Pendeta GMIST akan dipimpin langsung oleh Pdt. Clementie Oleng dan Diaken Neltje Sumenda. Sementara itu, tim TP PKK akan diperkuat dan dipimpin oleh Ibu Bupati Kepulauan Sangihe, Cherry S. Thungari Soeyoenus, bersama Ibu Wakil Bupati, Agnes Bulahari Walukow.

Pertandingan eksibisi ini dipastikan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, mengingat tokoh-tokoh perempuan berpengaruh di wilayah ini akan terlibat langsung di lapangan. Kehadiran mereka sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, tokoh agama, dan masyarakat dalam membangun atmosfer positif dan harmonis.

Setelah pertandingan eksibisi tersebut, akan dilanjutkan dengan pertandingan resmi pertama di Zona Tahuna yang mempertemukan tim GMIST Efata Kolongan Mitung melawan tim GMIST Galilea Binebas. Kedua tim ini mewakili jemaat dari wilayah yang memiliki tradisi kuat dalam bidang pelayanan dan kegiatan komunitas, dan diperkirakan akan menyuguhkan pertandingan yang kompetitif namun tetap menjunjung sportivitas.

Selain sebagai ajang kompetisi olahraga, kegiatan ini juga dimaknai sebagai ruang ekspresi bagi perempuan, khususnya anggota jemaat GMIST, untuk menunjukkan kemampuan, kerja sama tim, serta peran aktif dalam membangun komunitas. Dalam konteks pelayanan gereja dan pembangunan sosial, keterlibatan perempuan dalam kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemberdayaan dan pengakuan terhadap kontribusi mereka di ruang publik.

“Kami melihat pentingnya memberi ruang partisipasi yang luas bagi kaum perempuan dalam berbagai aspek kehidupan gereja dan masyarakat, termasuk di bidang olahraga. Ini adalah momentum pemberdayaan sekaligus edukasi sosial bahwa perempuan juga bisa mengambil peran aktif dalam membangun perdamaian dan persaudaraan,” tambah Pdt. Ronny.

Masyarakat luas pun menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini. Di beberapa zona, pertandingan sepak bola perempuan telah menarik minat warga sekitar untuk datang dan menyaksikan pertandingan langsung di lapangan. Tidak sedikit pula warga yang mengaku merasakan manfaat langsung dari suasana yang lebih akrab dan santai setelah mengikuti atau menyaksikan pertandingan.

Salah satu warga Tagulandang, Monika Manopo, menyatakan bahwa pertandingan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu menjadi perekat antarjemaat yang sempat renggang akibat perbedaan pilihan politik.

“Kami sangat senang dengan kegiatan ini. Suasananya jadi lebih akrab, kami bisa saling mendukung tanpa melihat latar belakang politik atau jemaat. Ini sangat positif bagi kami di desa,” ujarnya.

Pertandingan sepak bola perempuan lintas zona ini dijadwalkan akan berlangsung hingga akhir bulan Juni 2025, dan panitia berharap akan semakin banyak pihak yang terlibat aktif, baik sebagai peserta, penonton, maupun pendukung kegiatan lainnya.

Dengan semangat persaudaraan dan pelayanan, GMIST berkomitmen untuk terus menjadi garda terdepan dalam membina kerukunan dan kedamaian di wilayah Kepulauan Sangihe. Melalui kegiatan seperti ini, gereja tidak hanya hadir di mimbar, tetapi juga di tengah kehidupan masyarakat, menjadi motor penggerak rekonsiliasi sosial dan pemulihan hubungan antarwarga pascakonflik politik.

“Gereja harus hadir di tengah-tengah masyarakat, bukan hanya dalam konteks spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Sepak bola ini hanyalah media, tapi tujuan utamanya adalah membangun kembali jembatan-jembatan kebersamaan yang sempat runtuh akibat perbedaan,” tegas Pdt. Ronny Lewerisa mengakhiri.

Dengan demikian, peringatan HUT GMIST ke-78 dan Hari Pekabaran Injil ke-168 bukan hanya menjadi perayaan spiritual semata, melainkan juga momentum membangun kembali jalinan sosial dan memperkuat semangat persatuan dalam keberagaman.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index