JAKARTA — Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memastikan larangan kehadiran suporter tim tamu dalam kompetisi sepak bola Indonesia masih berlaku dan diperpanjang. Kebijakan ini menyusul kejadian tragis di Stadion Kanjuruhan pada Oktober 2022 yang menyebabkan larangan awal diberlakukan selama dua tahun.
Semula, larangan bagi suporter tim tamu di Liga Indonesia akan berakhir pada tahun 2025. Namun, kejadian terbaru yang melibatkan suporter Persib Bandung pada laga Liga 1 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), akhir Mei lalu, memaksa PSSI memperpanjang kebijakan ini. Akibatnya, hingga kini suporter tim tamu masih belum diperbolehkan masuk ke stadion pada setiap pertandingan liga domestik.
Larangan Berlanjut Demi Keamanan dan Kenyamanan
Erick Thohir menyatakan bahwa keputusan memperpanjang larangan ini diambil demi menjaga keamanan dan kenyamanan seluruh penonton, sekaligus menghindari risiko insiden yang berpotensi membahayakan nyawa.
“Belum (diizinkan suporter tim tamu hadir). Ya gimana kondisinya. Kalau ada suporter yang menjadi korban lagi gimana. Berdosa tidak kita? Ketika suporter tidak bisa pulang ke rumah, dosa nggak? Ini sepak bola jangan hanya menjadi entertainment,” ujar Erick Thohir kepada awak media usai Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.
Pernyataan ini menegaskan bahwa PSSI melihat sepak bola bukan sekadar hiburan, tetapi juga tanggung jawab bersama untuk memastikan keselamatan penonton, baik suporter tuan rumah maupun tim tamu.
Kejadian di Bandung Jadi Pemicu Perpanjangan Larangan
Perpanjangan larangan ini tidak terlepas dari insiden yang terjadi pada pertandingan Liga 1 antara Persib Bandung melawan Persis Solo di Stadion GBLA pada 24 Mei 2025. Saat itu, beberapa oknum suporter Persib diduga melakukan aksi berlebihan dengan menyalakan flare dan petasan saat merayakan gelar juara back-to-back Liga 1.
Aksi tersebut menyebabkan pertandingan sempat dihentikan dua kali karena kondisi stadion dipenuhi asap tebal dari flare dan petasan. Pelatih Persib, Bojan Hodak, bersama sejumlah pemain bahkan sempat memohon kepada suporter agar menghentikan tindakan tersebut, namun tidak diindahkan.
Kondisi kabut asap yang pekat akhirnya memaksa wasit Rio Permana Putra menghentikan pertandingan ketika pertandingan menyisakan empat menit, demi alasan keselamatan. Bahkan, seremonial juara yang seharusnya berjalan meriah juga tertunda akibat kabut asap dan kerusuhan.
Tidak hanya itu, kerusakan fasilitas stadion terjadi karena sejumlah suporter turun ke lapangan secara berbondong-bondong, mengganggu keamanan dan ketertiban. Peristiwa ini menimbulkan kekecewaan luas dari berbagai pihak, termasuk pihak FIFA yang hadir dalam laga tersebut sebagai pengawas.
FIFA dan Pemerintah Beri Kepercayaan PSSI untuk Berbenah
Erick Thohir menegaskan bahwa peran PSSI dalam mengatur dan menjaga keamanan pertandingan mendapat mandat dari FIFA dan pemerintah Indonesia pasca-tragedi Kanjuruhan. Oleh karena itu, PSSI harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap budaya suporter di Indonesia.
“Saya di sini karena kepercayaan FIFA dan pemerintah setelah peristiwa besar Kanjuruhan. Liga masih terjadi hal-hal, tapi tidak bisa salahkan klub dan liga saja. Kita harus introspeksi, suporter introspeksi, contoh ya lihat di Bandung kemarin. Akhirnya rugi dan yang paling sedih kemarin ada perwakilan FIFA,” jelas Erick.
Ia menambahkan bahwa akibat kejadian Bandung, FIFA memutuskan memperpanjang hukuman larangan kehadiran suporter tim tamu yang awalnya hanya berlaku dua tahun. “Akhirnya keputusan FIFA apa, yang tadinya (hukuman larangan kehadiran suporter tim tamu) dua tahun, jadi diperpanjang. Jadi sedih,” tutup Erick.
Dampak Larangan dan Harapan ke Depan
Larangan suporter tim tamu ini berdampak besar pada atmosfer pertandingan Liga Indonesia. Banyak pengamat menilai bahwa kehadiran suporter dari kedua kubu mampu membangun suasana kompetisi yang lebih seru dan meriah. Namun, keselamatan penonton tetap menjadi prioritas utama yang tidak bisa dikompromikan.
Selain menjaga keamanan, PSSI dan klub-klub sepak bola Indonesia diharapkan dapat bekerja sama lebih erat dengan komunitas suporter untuk membangun budaya suporter yang sportif dan bertanggung jawab. PSSI juga terus mengupayakan peningkatan fasilitas keamanan stadion serta sosialisasi etika ber-suporter yang baik.
Dengan diperpanjangnya larangan suporter tim tamu, Liga Indonesia masih harus beradaptasi dengan situasi tanpa kehadiran pendukung tandang di stadion. Meski begitu, PSSI dan Erick Thohir memastikan keputusan ini diambil demi kebaikan bersama, dengan harapan agar tragedi seperti Kanjuruhan dan insiden di Bandung tidak terulang kembali.
“Sepak bola harus menjadi olahraga yang mengedepankan keselamatan dan semangat sportivitas, bukan sebaliknya menjadi arena yang penuh risiko dan kekerasan,” kata Erick Thohir.
PSSI juga membuka komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk FIFA dan pemerintah, untuk terus mencari solusi agar suporter bisa kembali hadir secara aman dan tertib di masa mendatang. Hingga saat itu tiba, larangan suporter tim tamu tetap menjadi keputusan tegas yang harus dijalankan.