Inspiratif

Kisah Inspiratif Solikin sebagai Juru Pijat dari Kudus Berangkat Haji Setelah Menabung Selama 30 Tahun

Kisah Inspiratif Solikin sebagai Juru Pijat dari Kudus Berangkat Haji Setelah Menabung Selama 30 Tahun
Kisah Inspiratif Solikin sebagai Juru Pijat dari Kudus Berangkat Haji Setelah Menabung Selama 30 Tahun

JAKARTA — Kisah inspiratif datang dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Seorang juru pijat bernama Solikin Zaenal Asmorejo akhirnya bisa mewujudkan impiannya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama sang istri, setelah dengan penuh kesabaran dan ketekunan menabung selama 30 tahun. Perjuangan panjang Solikin menjadi contoh nyata bahwa kegigihan dan niat tulus bisa mengantarkan seseorang mencapai cita-citanya, meski jalan yang ditempuh tidak mudah.

Solikin mulai menabung sejak tahun 1995. Dengan penghasilan yang tidak menentu sebagai tukang pijat, ia tetap menyisihkan sebagian rezekinya demi satu tujuan mulia: berangkat haji bersama istri tercinta. Kini, di usianya yang ke-62 tahun, impian tersebut akhirnya terwujud.

“Saya mulai nabung sejak tahun 1995. Waktu itu, saya hanya bisa menyisihkan sedikit-sedikit dari hasil memijat. Kadang sehari ada penghasilan, kadang tidak sama sekali. Tapi saya tetap yakin, Allah pasti kasih jalan,” ungkap Solikin dengan mata berkaca-kaca, menggambarkan perjalanan panjang dan penuh kesabaran yang telah ia tempuh.

Penghasilan Tak Menentu, Semangat Tak Pernah Padam

Profesi sebagai juru pijat memang tidak memberikan jaminan pemasukan tetap. Dalam sehari, Solikin bisa mendapatkan penghasilan, tetapi ada juga hari-hari di mana ia pulang dengan tangan kosong. Meski demikian, ia tidak pernah menyerah. Uang hasil pijat yang kadang hanya belasan ribu rupiah tetap ia sisihkan. Tabungan itu terus ia kumpulkan secara perlahan, tanpa mengeluh, dan terus dipupuk dengan doa serta keyakinan.

“Saya memang tidak punya gaji tetap. Tapi saya selalu berpikir, kalau saya sabar dan konsisten, pasti suatu saat saya bisa berangkat haji. Saya bilang ke istri, kita harus percaya dan terus berusaha,” tuturnya.

Semangat itu pun ia tularkan kepada sang istri. Keduanya saling menguatkan, saling mendorong, dan saling menanamkan harapan bahwa suatu hari nanti, mereka akan dipanggil Allah ke Baitullah.

Proses Panjang Pendaftaran Haji

Setelah cukup lama menabung, Solikin akhirnya merasa siap mendaftarkan diri untuk berangkat haji. Namun, karena daftar tunggu yang sangat panjang, ia harus menanti lebih dari satu dekade lagi setelah melakukan pendaftaran.

“Dulu, waktu kami daftar, kami diberi tahu kalau harus menunggu lebih dari 10 tahun. Tapi saya tidak patah semangat. Saya yakin, setiap detik itu bagian dari rencana Allah. Kita hanya perlu bersabar,” kata Solikin.

Ia dan istrinya mengikuti proses pendaftaran secara mandiri di kantor Kementerian Agama setempat. Meskipun tidak mudah, ia tetap menjalani semua tahapan dengan tertib. Dalam beberapa kesempatan, Solikin bahkan harus mengurus dokumen sendiri karena keterbatasan biaya untuk menggunakan jasa biro perjalanan.

Haru dan Syukur Menjelang Keberangkatan

Kini, menjelang keberangkatan haji, Solikin tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Ia merasa segala lelah dan perjuangan selama puluhan tahun telah dibayar lunas. Keberangkatan ini bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi juga wujud nyata dari mimpi yang diwujudkan lewat ketekunan, kesabaran, dan doa yang tak putus-putus.

“Alhamdulillah, akhirnya saya dan istri bisa berangkat. Ini semua berkat rahmat Allah dan niat kami yang tidak pernah padam,” ucap Solikin dengan suara bergetar.

Keberangkatannya ke Tanah Suci bukan hanya menjadi momen penting bagi dirinya dan keluarganya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar. Banyak tetangga dan kenalan yang mengaku terharu dengan kisah hidup Solikin.

Inspirasi Bagi Sesama

Cerita perjuangan Solikin bergaung luas di lingkungan sekitarnya. Beberapa warga bahkan menjadikannya sebagai motivasi untuk tetap semangat menabung dan tidak mudah menyerah terhadap kondisi ekonomi.

“Pak Solikin itu orangnya sangat sabar dan gigih. Meski hidup pas-pasan, dia tetap istiqomah menabung demi haji. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua,” ujar salah satu warga Kudus yang mengenal Solikin sejak lama.

Bagi Solikin, keberangkatan ini bukan hanya untuk dirinya dan istri, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas karunia kehidupan yang ia jalani. Ia bertekad akan mendoakan seluruh keluarganya dan orang-orang yang selalu memberinya semangat selama proses penantian tersebut.

Pemerintah Dukung Perjuangan Jamaah Lansia

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama memang memberikan perhatian lebih pada jamaah haji lanjut usia. Solikin yang kini berusia 62 tahun termasuk dalam kategori jamaah lansia. Pemerintah menyiapkan berbagai fasilitas, termasuk pendampingan medis dan pelayanan prioritas, untuk memastikan para jamaah lansia bisa menjalankan ibadah haji dengan nyaman dan aman.

Kisah seperti Solikin juga kerap dijadikan contoh dalam pembinaan jamaah haji. Menurut Kementerian Agama, kisah perjuangan jamaah haji seperti Solikin dapat menjadi penyemangat bagi umat Muslim lainnya.

“Kami sangat mengapresiasi jamaah seperti Pak Solikin yang penuh semangat dan sabar. Ini bukti nyata bahwa ibadah haji tidak hanya untuk orang kaya, tetapi untuk siapa saja yang memiliki niat tulus dan ketekunan,” ujar seorang petugas pembimbing haji.

Ketekunan Menuju Tanah Suci

Perjalanan hidup Solikin mengajarkan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar jika diiringi dengan niat, usaha, dan doa. Menabung selama 30 tahun dengan penghasilan yang tidak menentu bukanlah hal mudah, tetapi semangatnya tak pernah luntur.

Kisah Solikin adalah contoh nyata bagaimana kesederhanaan, kesabaran, dan iman bisa membawa seseorang mencapai sesuatu yang luar biasa. Ia bukan hanya berangkat haji, tetapi juga membawa pesan inspiratif bagi jutaan orang lainnya.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa selama kita memiliki niat yang tulus dan tekad yang kuat, tidak ada yang mustahil. Perjalanan Solikin ke Tanah Suci adalah bukti bahwa harapan dan impian, sekecil apa pun, layak diperjuangkan dengan penuh keyakinan.

“Saya hanya tukang pijat, tapi saya percaya Allah kasih jalan. Yang penting niatnya benar, ikhlas, dan terus berusaha,” ujar Solikin, menutup kisahnya yang sarat makna.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index