JAKARTA - JOMO adalah sebuah konsep kebahagiaan yang ditemukan dalam memilih untuk tidak terlibat dalam kegiatan, yang berlawanan dengan FOMO.
Dengan menerapkan JOMO, seseorang bisa merasakan kepuasan karena menikmati waktu sendiri, tanpa tekanan untuk selalu mengikuti apa yang sedang tren atau dilakukan orang lain.
JOMO adalah cara untuk mengurangi stres dan kecemasan yang sering timbul akibat merasa terpaksa mengikuti rutinitas yang tidak relevan dengan kebutuhan pribadi.
Konsep ini juga mendukung kesejahteraan emosional dan meningkatkan kualitas hidup dengan memberi ruang untuk keseimbangan dan ketenangan.
Dalam dunia investasi, JOMO bisa diartikan sebagai rasa puas dengan keputusan investasi sendiri, tanpa tergoda untuk mengikuti pilihan investasi orang lain.
JOMO adalah
JOMO adalah konsep yang menggambarkan kepuasan dengan apa yang dimiliki dan hidup sepenuhnya di saat ini, tanpa merasa tertekan mengikuti tren atau acara.
JOMO mendorong untuk berhenti membandingkan diri dengan orang lain, lebih bijak dalam memanfaatkan waktu, dan dengan tegas menolak hal-hal yang tidak diinginkan.
Ini adalah bentuk kebahagiaan dan kepuasan dalam melewatkan kegiatan atau pengalaman yang dianggap penting oleh orang lain, terutama yang dipengaruhi oleh media sosial.
JOMO hadir sebagai reaksi terhadap tekanan sosial yang seringkali menimbulkan kecemasan dan rasa ketinggalan.
Hal ini menawarkan cara untuk menghindari tekanan tersebut, fokus pada diri sendiri, dan menikmati momen tanpa merasa harus ikut serta dalam apa yang dianggap penting oleh orang lain.
JOMO merupakan cara untuk mengutamakan waktu pribadi, bersantai, dan menyadari bahwa tidak semua pengalaman sosial atau tren harus diikuti.
Dampak Buruk FOMO dan JOMO sebagai Solusinya
FOMO, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berfokus pada apa yang dimiliki oleh orang lain, yang mengarahkan perhatian individu ke hal-hal di luar dirinya.
Orang yang mengalami FOMO cenderung lebih sering membandingkan diri dengan orang lain daripada merenung dan melakukan refleksi internal.
Hal ini mengarah pada upaya seseorang untuk tampil sebagai orang lain, bukan sebagai dirinya sendiri, yang menyebabkan ketidakpuasan dengan apa yang dimiliki.
Pernyataan ini diungkapkan oleh Darlene McLaughlin, seorang psikiater di Texas A&M Health Science Centre College of Medicine, seperti yang dikutip oleh Women's Weekly.
Namun, penting untuk dicatat bahwa akan selalu ada orang yang memiliki lebih banyak atau hal-hal yang berbeda dari yang dimiliki oleh kita.
Meskipun berusaha mengejar hal-hal tersebut, seseorang mungkin tidak pernah merasa cukup, yang tentu saja merugikan kesehatan mental.
Sebaliknya, JOMO menekankan pada rasa puas terhadap apa yang dimiliki saat ini. Dengan konsep ini, individu akan merasa cukup dengan keadaan mereka, tanpa terbebani oleh apa yang tidak dimiliki.
Perasaan cukup ini bukan berarti berhenti mengejar tujuan atau berusaha menjadi lebih baik. Sebaliknya, seseorang dapat terus berkembang, namun tetap merasa puas dengan apa yang sudah dimilikinya pada saat ini.
Perbedaan JOMO dan FOMO
Hal yang berlawanan dengan Joy of Missing Out (JOMO) adalah Fear of Missing Out (FOMO), yang sering kali disebut sebagai FOMO.
Menurut laporan TIME, FOMO mengacu pada perasaan takut tertinggal dari aktivitas atau kepemilikan orang lain yang terjadi saat ini.
FOMO biasanya muncul dengan keyakinan bahwa apa yang dimiliki orang lain lebih baik daripada apa yang dimiliki diri sendiri.
Ini berbeda dengan JOMO, yang berfokus pada kepuasan dengan apa yang dimiliki pada saat ini.
Sebagai contoh, jika seseorang (si A) mendapatkan promosi jabatan, orang lain (si B) kembali dari liburan luar negeri, atau seseorang lainnya (si C) baru saja memiliki anak kembar, seseorang yang merasa khawatir tertinggal (si D) mungkin merasakan FOMO.
Dari situ, dapat disimpulkan bahwa si D merasa terpengaruh oleh pencapaian si A, B, dan C, yang semuanya terjadi bersamaan, menyebabkan perasaan takut tertinggal.
Cara Menerapkan JOMO dalam Kehidupan
Menerapkan JOMO (Joy of Missing Out) dalam kehidupan menawarkan berbagai manfaat dan dampak positif.
Konsep ini membantu menciptakan suasana yang lebih positif, menumbuhkan ketenangan batin, dan memberikan ruang untuk mengejar hal-hal yang benar-benar berarti.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk menerapkan JOMO dalam kehidupan.
1. Ketahui Apa yang Kamu Inginkan
Saat melihat pencapaian orang lain, perasaan takut ketinggalan seringkali muncul.
Untuk menghindarinya, kamu perlu memahami dengan jelas apa yang sebenarnya kamu inginkan, alih-alih hanya mengikuti tren atau arus.
Fokuslah pada tujuan pribadi dan buat langkah-langkah konkret untuk mencapainya.
Sebagai contoh, jika kamu ingin mengubah karier, tentukan langkah-langkah seperti mempelajari keterampilan baru, memperbarui portofolio, mencari peluang kerja, atau berlatih wawancara.
Ketika orang di sekitarmu meraih promosi, kamu tidak perlu merasa tertinggal karena tujuanmu adalah perubahan karier, bukan sekadar promosi.
2. Menghindari Media Sosial
FOMO sering kali dipicu oleh media sosial, di mana orang cenderung memamerkan sisi terbaik kehidupan mereka. Hal ini bisa menimbulkan perasaan ketinggalan.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki sisi lain yang tidak selalu terlihat di media sosial. Jika media sosial menjadi sumber FOMO bagimu, coba kurangi penggunaannya.
Alihkan perhatian pada diri sendiri, jalani hobi, atau kejar impianmu tanpa terpengaruh oleh pencapaian orang lain yang hanya tampak di permukaan.
Sebagai penutup, JOMO adalah cara hidup yang mengutamakan kebahagiaan dan kepuasan dengan apa yang dimiliki saat ini, serta mengurangi tekanan untuk selalu mengikuti arus sosial.