JAKARTA - Upaya konkret Pemerintah Kabupaten Bulungan dalam membuka pasar industri untuk produk pertanian lokal semakin ditunjukkan lewat kunjungan resmi Bupati Syarwani ke Kawasan Industri MM2100, Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Kunjungan tersebut diarahkan untuk menjajaki potensi kerja sama dengan PT Haldin Pasific Semesta, sebuah perusahaan manufaktur global yang mengolah bahan-bahan alami hasil pertanian Indonesia untuk pasar ekspor.
Didampingi sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), seperti Kepala Bappedalitbang, Dinas Pertanian, Dinas Koperindag dan UMKM, serta Dinas Lingkungan Hidup, Syarwani menyampaikan harapannya agar kerja sama ini bisa menjadi langkah awal yang nyata dalam mengangkat daya saing produk pertanian asal Bulungan.
“Kabupaten Bulungan memiliki potensi pertanian yang luar biasa, salah satunya tanaman khas seperti bawang Dayak. Kami berharap kunjungan ini dapat menjadi awal dari kerja sama yang saling menguntungkan,” ujarnya dalam pertemuan bersama manajemen PT Haldin.
Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang Pemkab Bulungan untuk memperluas akses pasar dan memperkuat kemitraan antara daerah penghasil dengan industri pengolahan. PT Haldin sendiri dikenal sebagai salah satu eksportir produk alami terbesar yang telah memasarkan produknya ke lebih dari 53 negara di lima benua.
Fasilitas produksi PT Haldin mencakup teknologi ekstraksi mutakhir untuk menghasilkan berbagai olahan seperti essence, liquid extract, dan aglomerat. Produk-produknya digunakan di berbagai sektor industri, mulai dari makanan dan minuman, kesehatan, farmasi, hingga kosmetik.
Dalam pertemuan tersebut, pihak manajemen PT Haldin menyatakan keterbukaan untuk bekerja sama dengan Bulungan, khususnya dalam menyerap bahan baku pertanian yang memiliki kualitas unggul dari wilayah Kalimantan Utara tersebut.
“Dengan potensi pertanian yang luar biasa di Kabupaten Bulungan, kerja sama ini dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat. Selanjutnya meningkatkan daya saing produk pertanian Bulungan di pasar nasional dan internasional,” ungkap Bupati Syarwani.
Menurutnya, kolaborasi seperti ini sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian lokal. Selain menjangkau pasar yang lebih luas, kerja sama dengan industri pengolahan seperti PT Haldin juga dapat mendorong standar produksi petani agar sesuai dengan kebutuhan pasar industri.
Tak ingin peluang ini berlalu begitu saja, Bupati Syarwani segera menginstruksikan kepada seluruh dinas terkait agar menindaklanjuti potensi kerja sama ini secara konkret dan cepat.
“Saya minta Bappedalitbang, Dinas Pertanian, serta Dinas Koperindag dan UMKM agar segera menyusun langkah konkret. Ini peluang besar yang harus kita jemput demi kemajuan sektor pertanian Bulungan,” tegasnya.
Pemkab Bulungan memang menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu pilar utama pembangunan daerah. Oleh karena itu, kolaborasi dengan industri pengolahan menjadi bagian dari pendekatan strategis untuk menciptakan jaminan pasar bagi petani serta meningkatkan pendapatan mereka.
Menurut Syarwani, langkah membuka kemitraan dengan sektor industri akan memperkuat posisi tawar produk-produk pertanian Bulungan di pasar yang lebih kompetitif.
“Tujuan kita agar meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian Bulungan, sehingga dapat bersaing di pasar nasional dan internasional,” ujarnya.
Pemerintah daerah juga berkomitmen untuk memfasilitasi terbentuknya ekosistem pertanian yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Hal ini mencakup dukungan kepada petani dalam hal pembinaan, teknologi, hingga pemasaran.
“Supaya selanjutnya nanti kerja sama yang dilakukan dapat meningkatkan pendapatan petani. Sekaligus mendukung dan memfasilitasi kerja sama antara petani dan industri pengolahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian Bulungan,” tandas Syarwani.
Dengan adanya upaya konkret seperti ini, Pemerintah Kabupaten Bulungan berharap sektor pertanian di wilayahnya mampu bangkit dan berkembang tidak hanya dalam skala lokal, tetapi juga mampu bersaing di kancah nasional hingga internasional.
Langkah ini sekaligus mencerminkan paradigma baru dalam pembangunan daerah: bahwa kemajuan sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan industri sebagai mitra strategis. Kemitraan yang dibangun tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat petani.