Kuliner

Kuliner Telur Ikan Gresik Makin Dikenal Lewat Live Streaming

Kuliner Telur Ikan Gresik Makin Dikenal Lewat Live Streaming
Kuliner Telur Ikan Gresik Makin Dikenal Lewat Live Streaming

JAKARTA - Telur Ikan Sindujoyo, salah satu ikon kuliner khas Gresik, menjadi bukti nyata bahwa perpaduan antara kelezatan resep warisan dan inovasi digital bisa membawa sebuah UMKM bertahan bahkan melesat di era modern. Dari lorong sempit di Pasar Kota Gresik, Jalan Samanhudi, usaha keluarga ini menjelma menjadi primadona yang menembus batas-batas kota berkat strategi pemasaran berbasis teknologi.

Sudah berdiri sejak 1982, Telur Ikan Sindujoyo dikenal sebagai pelopor berbagai olahan telur ikan di Gresik. Eksistensinya yang telah berjalan lebih dari 40 tahun tak lepas dari keuletan dan semangat berinovasi keluarga pendirinya. Salah satunya tampak dalam strategi adaptif mereka menghadapi perubahan zaman melalui pemanfaatan teknologi digital.

Peran penting dalam transformasi ini dipegang oleh Mohammad Muis Ali Mudin, generasi kedua sekaligus putra dari sang pendiri, Bu Imah. Muis membawa angin segar dalam sistem penjualan dengan mulai menggunakan platform live streaming, terutama sejak menjelang Ramadan 2025.

“Jadi, kami baru memulai menggunakan platform live streaming ini semenjak sebelum puasa kemarin. Hasilnya terbukti, penjualan semakin meningkat,” ujar Muis, yang memiliki latar belakang pendidikan Teknik Elektro dari Universitas Telkom Bandung.

Menurutnya, sesi siaran langsung yang mereka lakukan bisa menarik perhatian lebih dari 200 penonton dalam satu waktu. Tak hanya itu, kanal komunikasi seperti WhatsApp Business dan media sosial pun dikelola secara profesional untuk memperluas jangkauan pelanggan.

“Pelanggan tinggal pilih dari katalog digital kami, tanpa perlu datang langsung. Banyak juga yang pesan langsung lewat WhatsApp setelah melihat live streaming,” tambahnya.

Jangkauan pelanggan Telur Ikan Sindujoyo saat ini bahkan telah meluas ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Kalimantan, Sulawesi, hingga Sumatra. Untuk mempercepat distribusi, mereka bermitra dengan jasa ekspedisi berbasis daring, meski masih ada tantangan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau layanan tersebut.

“Pengiriman terjauh pernah sampai Makassar. Kendalanya hanya kalau kota tujuan belum terjangkau ekspedisi daring,” terang Muis.

Kendati Muis berlatar belakang teknik, ia mengakui dunia kuliner menjadi ladang belajar baru yang menantang. Namun, semangatnya tak surut karena ia melihat potensi besar yang bisa terus dikembangkan dari usaha keluarga ini.

Tak hanya Muis, dukungan dari sang ayah, Muridan—suami dari Bu Imah—turut menjadi kekuatan dalam mempertahankan kualitas sekaligus mengeksplorasi media digital. Meski mengaku bukan berasal dari latar belakang pendidikan tinggi dan masih asing dengan teknologi, Muridan tetap bersikap terbuka terhadap perubahan.

“Saya bukan orang berpendidikan tinggi dan gaptek. Tapi, saya tetap semangat belajar live streaming walau masih awam,” ucapnya.

Ia menambahkan, sejak memanfaatkan teknologi live streaming, omzet penjualan pun meningkat signifikan. Jika sebelumnya hanya sekitar Rp7 juta per hari, kini bisa mencapai hingga Rp12 juta dalam sehari. Lonjakan ini tentu menjadi bukti kuat bahwa digitalisasi dapat membuka peluang baru bagi pelaku usaha tradisional.

Meski berjualan di tengah ketatnya persaingan pasar, Telur Ikan Sindujoyo tetap menjadi pilihan banyak konsumen. Bukan hanya karena inovasi pemasaran, tetapi juga karena kualitas rasa yang konsisten dan pelayanan yang ramah.

“Alhamdulillah, dari jualan telur ikan ini, kami bisa beli rumah, kendaraan, tanah, dan menyekolahkan anak-anak sampai lulus perguruan tinggi,” ujar Muridan.

Harga produk mereka pun terjangkau, yakni sekitar Rp15.000 per ons, dengan permintaan yang sangat tinggi. Dalam sehari, mereka bahkan bisa mengisi ulang stok hingga tiga kali. Ini menunjukkan tingginya loyalitas pelanggan terhadap cita rasa Telur Ikan Sindujoyo.

Tak berhenti di satu lokasi, saat ini usaha tersebut telah membuka tiga cabang lainnya di PPS, Kalitutup, dan tentu saja tetap eksis di Pasar Kota Gresik. Ketiga cabang ini memperkuat eksistensi kuliner khas Gresik tersebut di pasar lokal maupun nasional.

Apa yang dilakukan oleh keluarga Telur Ikan Sindujoyo menjadi inspirasi nyata bagi pelaku UMKM lainnya. Di tengah derasnya arus digital, mereka tak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dengan memadukan kearifan lokal, resep keluarga, dan semangat transformasi digital.

Dengan demikian, kisah Telur Ikan Sindujoyo bukan sekadar cerita sukses sebuah usaha makanan. Ini adalah simbol kekuatan dari adaptasi, kolaborasi lintas generasi, dan bukti bahwa inovasi dapat dimulai dari dapur kecil di sudut pasar sekalipun. Kuliner legendaris ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, makanan tradisional pun bisa punya tempat yang gemilang di era modern.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index