JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan maraknya pengaruh media sosial, peran keluarga sebagai lingkungan pertama dalam membentuk karakter anak menjadi semakin krusial. Psikolog Siska Rante Tandung, M.Si., M.Psi menekankan bahwa pendidikan utama dalam kehidupan seorang anak seharusnya dimulai dari rumah, jauh sebelum anak mengenal dunia luar seperti sekolah formal atau dunia digital.
Dalam perbincangan yang mengangkat tema pentingnya membentuk karakter anak sejak dini, Siska mengungkapkan bahwa kehadiran dan keteladanan orang tua memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Ia menilai, proses pendidikan karakter sejati bukan hanya dilakukan di bangku sekolah, melainkan tumbuh dari keseharian dalam keluarga.
“Hal kecil yang bisa kita lihat dalam keluarga, seperti kejujuran dan kedisiplinan, harus diajarkan sejak dini. Termasuk bagaimana orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak,” ungkapnya.
Menurutnya, keluarga bukan hanya tempat anak bertumbuh secara fisik, melainkan juga lingkungan utama di mana nilai-nilai moral, etika, dan sikap hidup tertanam sejak awal. Dari cara berbicara hingga kebiasaan sehari-hari, semuanya memiliki kontribusi dalam membentuk karakter seorang anak.
Siska menyebut bahwa pembentukan karakter harus dilakukan sedini mungkin karena masa kanak-kanak merupakan fase emas dalam perkembangan manusia. Pada masa inilah anak-anak sangat peka terhadap apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Maka dari itu, segala bentuk interaksi di rumah akan menjadi referensi utama dalam kehidupan sosial mereka kelak.
Ia menyoroti pentingnya keteladanan dari kedua orang tua, bukan hanya dari satu pihak. Anak-anak, menurutnya, akan belajar lebih banyak dari apa yang mereka saksikan dibanding dari apa yang hanya mereka dengar. Oleh karena itu, kolaborasi antara ayah dan ibu dalam memberikan contoh yang positif menjadi sangat penting.
Keterlibatan aktif orang tua dalam mendidik anak di rumah tidak bisa digantikan oleh institusi pendidikan formal. Sekolah memiliki peran sebagai pendamping, sementara dasar-dasar pembentukan karakter justru bermula dari rumah. Nilai kejujuran, empati, tanggung jawab, dan kerja sama lebih mudah tertanam jika sudah dikenalkan sejak anak masih sangat belia.
“Keteladanan orang tua dalam berbicara, bersikap, dan bersosialisasi akan menjadi cermin utama bagi anak-anak,” ujar Siska.
Di era modern seperti sekarang, anak-anak sudah terpapar informasi dari berbagai arah. Tanpa pondasi karakter yang kuat, anak akan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang tersebar di media sosial atau lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, bekal utama dalam menghadapi tantangan zaman ini adalah karakter yang kokoh—dan pendidikan karakter terbaik berawal dari rumah.
Siska menambahkan bahwa peran orang tua tidak hanya sebatas memberikan materi atau membiayai pendidikan formal anak, tetapi lebih dalam lagi, menyangkut keterlibatan emosional dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari mereka. Waktu yang dihabiskan bersama anak, percakapan sederhana di meja makan, dan sikap saling menghargai dalam keluarga adalah bentuk pendidikan yang nyata dan sangat berharga.
“Anak belajar dari melihat. Jadi kalau orang tua membiasakan bersikap jujur, anak akan meniru. Kalau orang tua menunjukkan disiplin, anak juga akan menyerap itu sebagai bagian dari kehidupannya,” jelasnya.
Banyak kasus di mana anak tumbuh dengan kecerdasan akademik yang baik namun kesulitan dalam bersikap karena kurangnya bimbingan karakter sejak dini. Hal ini, menurut Siska, menunjukkan bahwa pendidikan karakter sama pentingnya dengan pendidikan akademis, bahkan menjadi dasar yang menunjang keberhasilan di masa depan.
Di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini, keluarga harus menjadi tempat yang aman dan positif bagi anak. Dengan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang, komunikasi yang terbuka, dan teladan yang konsisten, orang tua akan membekali anak dengan nilai-nilai kehidupan yang akan terus mereka bawa sepanjang usia.
Pendidikan yang dimulai dari rumah juga akan menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Ini adalah investasi jangka panjang yang dampaknya tidak hanya dirasakan dalam lingkup keluarga, tetapi juga dalam masyarakat luas.
Peran keluarga sebagai sekolah pertama dan utama dalam kehidupan anak tidak bisa diabaikan. Ketika keluarga menjalankan fungsinya dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh, berkarakter kuat, dan siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Pendidikan memang bisa dilakukan di banyak tempat, tetapi fondasinya tetap ada di dalam rumah. Dan ketika keluarga mengambil peran itu secara penuh, maka masa depan anak-anak bangsa akan memiliki pijakan yang kuat dan arah yang lebih jelas.