Liga Inggris

Tantangan Sponsor Mewarnai Liga Inggris

Tantangan Sponsor Mewarnai Liga Inggris
Tantangan Sponsor Mewarnai Liga Inggris

JAKARTA - Musim 2025/26 menghadirkan deretan jersei baru dari 20 klub Premier League yang telah dirilis ke publik. Tampilan menarik yang memikat mata para penggemar sepak bola justru membuka diskusi lebih luas mengenai tren sponsor utama yang terpampang di bagian depan kostum. Mayoritas klub di luar kelompok enam besar memilih menggandeng sponsor dari sektor perjudian daring.

Fenomena ini memperlihatkan pergeseran yang makin mencolok dari sisi komersial Liga Inggris. Di balik gemerlap jersei baru, terdapat kenyataan bahwa lebih dari separuh klub peserta Premier League kini menggandeng perusahaan judi sebagai mitra utama. Nama-nama seperti Stake com, Betway, Dafabet, SBOTOP, NET88, Rollbit, hingga DEBET, mendominasi, sebagian besar menargetkan pasar Asia dan ironisnya, tidak semuanya memiliki izin resmi di Inggris.

Berbeda dengan klub-klub elit seperti Arsenal, Manchester United, Manchester City, dan Liverpool yang tetap menjauhi sektor ini. Klub-klub papan atas lebih memilih menjalin kemitraan dengan perusahaan dari sektor lain seperti teknologi, penerbangan, atau keuangan.

Bagi klub-klub papan tengah dan bawah, realitas keuangan memaksa mereka mengambil opsi yang tersedia. Dukungan dari perusahaan global bukan hal yang mudah mereka capai. Sponsor judi daring, dengan fleksibilitas dan dana besar, menjadi penyokong yang sulit ditolak.

Data dari GlobalData mengungkap bahwa total nilai sponsor di jersei antara klub Premier League dan perusahaan judi pada musim 2024–2025 mencapai angka fantastis, yakni 135,43 juta dolar AS atau setara lebih dari Rp2 triliun. Dana tersebut sangat berarti bagi klub-klub dengan sumber pemasukan terbatas.

Namun, di balik manfaat finansial tersebut, muncul kekhawatiran yang makin meluas. Dukungan sponsor dari sektor perjudian membawa konsekuensi sosial yang kompleks. Ketergantungan sejumlah klub terhadap dana dari industri ini memunculkan kritik keras dari publik maupun institusi resmi.

Komentar dari komunitas daring pun mulai menyeruak. Seorang pengguna Reddit menggambarkan kondisi ini dengan nada cemas, “Untuk perusahaan-perusahaan judi ini, mereka pasti meraup jutaan dari orang-orang yang terjebak dalam lingkaran kecanduan.”

Pandangan itu juga diamini oleh tokoh dari sektor kesehatan. Kepala NHS England, Amanda Pritchard, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak kampanye iklan perjudian yang melekat dalam sepak bola. Menurutnya, pesan dari iklan-iklan ini dapat menanamkan persepsi yang keliru pada generasi muda.

“Iklan tersebut mengirim pesan bahwa berjudi adalah sesuatu yang wajar. Ini sangat mengkhawatirkan,” ujar Amanda.

Kondisi tersebut diperkuat oleh data faktual. Terjadi lonjakan signifikan dalam jumlah rujukan ke layanan adiksi judi di Inggris, dari sebelumnya 775 menjadi 1.389 kasus. Fakta ini menunjukkan bahwa pengaruh dari kampanye iklan perjudian tidak bisa dipandang remeh.

Penelitian dari University of Bristol turut menyoroti masifnya paparan terhadap konten perjudian dalam sepak bola. Dalam satu pekan pertandingan saja, penggemar dikabarkan menerima hingga 29.000 pesan yang berkaitan dengan judi, mulai dari siaran langsung, media sosial, hingga papan iklan stadion. Iklan-iklan ini sebagian besar bahkan tidak menyertakan pesan peringatan risiko atau pembatasan usia.

Tanggapan dari otoritas sepak bola pun mulai terlihat. Premier League menyatakan akan mengambil langkah konkret dengan menghapus sponsor judi dari bagian depan kostum klub, efektif pada musim 2026/27. Namun, celah masih terbuka lebar, sebab iklan dari sektor tersebut tetap diperbolehkan muncul di lengan jersei, papan LED di stadion, hingga media digital klub.

Langkah parsial ini dianggap belum cukup. Komite Parlemen Inggris dalam penelitiannya menilai bahwa larangan di bagian depan jersei hanya berdampak pada 7% dari total paparan iklan judi yang diterima masyarakat.

“Melarang hanya di bagian depan kaos tidak menyelesaikan masalah,” demikian kesimpulan laporan komite tersebut.

Di tengah tekanan dari berbagai pihak, Premier League kini menghadapi dilema yang tidak sederhana. Di satu sisi, sektor perjudian menawarkan dukungan finansial yang signifikan, khususnya bagi klub-klub dengan keterbatasan ekonomi. Namun di sisi lain, tanggung jawab sosial terhadap para pendukung, terutama kelompok usia muda, menjadi beban yang tidak bisa diabaikan.

Ilustrasi dari pertandingan antara Aston Villa dan Fulham menjadi salah satu contoh aktual. Dua klub tersebut termasuk dalam barisan yang menggandeng sponsor judi online. Dalam laga yang berlangsung di Stadion Villa Park, Birmingham, perhatian publik tak hanya tertuju pada hasil pertandingan, tetapi juga pada logo sponsor yang menempel di kostum pemain.

Perdebatan ini pun meluas dari lapangan hijau ke ruang diskusi kebijakan publik. Banyak pihak menyerukan perlunya pendekatan yang lebih tegas dan menyeluruh untuk membatasi keterlibatan perusahaan judi dalam olahraga, tidak hanya dari sisi visual, tetapi juga dari interaksi digital dan promosi daring.

Sementara itu, klub-klub papan tengah dan bawah Liga Inggris tetap bergelut dalam kenyataan bahwa dukungan finansial dari sektor legal namun kontroversial ini seringkali menjadi satu-satunya jalan bertahan dalam kompetisi yang sangat kompetitif.

Dengan tekanan yang terus meningkat dan reformasi yang perlahan diterapkan, masa depan sponsor judi di Liga Inggris kini menjadi titik krusial yang akan menentukan arah dan citra liga paling populer di dunia tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index