JAKARTA - Kementerian Keuangan Republik Indonesia mengambil langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana pendidikan yang selama ini belum terserap maksimal. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa pemerintah mengalihkan sebagian anggaran pendidikan ke dalam bentuk dana abadi. Langkah ini bertujuan agar dana tersebut dapat memberikan manfaat jangka panjang, khususnya dalam mendukung riset dan pendidikan yang berkelanjutan.
“Banyak sekolah dan lembaga pendidikan tidak mampu menyerap anggaran secara efektif dalam tahun berjalan. Kami buat dana abadi supaya anggaran tetap produktif, tidak hilang, dan memberi manfaat jangka panjang,” ujar Menkeu Sri Mulyani pada acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 di Institut Teknologi Bandung, Kamis lalu.
Dana abadi pendidikan ini kini telah mencapai nilai yang signifikan, yaitu Rp154,1 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk berbagai kebutuhan strategis, termasuk beasiswa, riset, serta pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendidikan tinggi. Pemerintah berupaya agar dana abadi ini dapat digunakan secara fleksibel melalui skema Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang tidak terikat oleh batasan anggaran tahunan.
Skema Dana Abadi dan LPDP: Solusi Pendanaan Riset Jangka Panjang
Salah satu tantangan utama yang dihadapi para peneliti di Indonesia adalah keterbatasan pendanaan yang hanya berlaku dalam satu tahun anggaran fiskal. Hal ini sering menyebabkan terhentinya penelitian sebelum selesai. Menkeu Sri Mulyani menjelaskan, skema LPDP yang bersifat multi tahun memungkinkan proyek riset berjalan lebih lancar dan berkesinambungan.
“Peneliti sering mengeluh risetnya terhenti karena sistem anggaran tahunan pemerintah. Dengan LPDP multi years, proyek bisa berlanjut meski belum selesai dalam satu periode fiskal,” tuturnya.
Dengan skema ini, diharapkan proses penelitian dan inovasi di bidang pendidikan dan teknologi dapat berlangsung tanpa hambatan administratif terkait waktu anggaran. Dana abadi dan LPDP menjadi pilar utama dalam mendorong riset yang berkelanjutan dan berorientasi pada hasil jangka panjang.
Mendorong Insentif dan Hilirisasi Riset
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, turut menekankan pentingnya pemberian insentif yang memadai bagi para ilmuwan dan akademisi di Indonesia. Ia menegaskan bahwa dana riset yang telah disiapkan harus dimanfaatkan secara optimal agar mampu memberikan dampak nyata bagi pengembangan industri nasional.
“Peneliti di forum ini punya tanggung jawab moral memastikan sains berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Kami ingin sains jadi kunci transisi ekonomi berbasis inovasi dan penguasaan teknologi bangsa,” kata Brian.
Brian juga menyampaikan harapan agar dana abadi dan pendanaan LPDP dapat digunakan untuk mencetak ilmuwan berkelas dunia dari Indonesia. Transformasi riset diharapkan tidak hanya menghasilkan temuan akademis, tetapi juga mampu memperkuat daya saing nasional melalui aplikasi teknologi dan inovasi dalam industri dan masyarakat.
Menuju Pendidikan dan Riset Berkualitas Tinggi
Upaya pemerintah dalam membangun dana abadi pendidikan serta skema pendanaan riset yang fleksibel merupakan langkah nyata menuju pendidikan dan penelitian berkualitas tinggi. Dengan dana yang dikelola secara efisien, pemerintah berkomitmen memperkuat ekosistem inovasi nasional agar dapat bersaing di tingkat global.
Program ini tidak hanya memperbaiki pemanfaatan dana pendidikan, tetapi juga memastikan keberlanjutan riset dan pengembangan ilmu pengetahuan. Langkah ini akan membantu mendorong kemajuan teknologi serta memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang inovatif dan berdaya saing.